-->

Turki Minta Patung Kaisar Septimius Severus di Denmark Dikembalikan


ANKARA, LELEMUKU.COM -Kantor Kedutaan Besar Turki di Copenhagen mengaku telah melakukan kontak dengan sejumlah otoritas di Denmark untuk repatriasi sebuah patung perunggu bagian kepala Kaisar Septimius Severus yang berusia hampir 2 ribu tahun. Patung itu tertanggal 145 – 211 AD.

“Saya mendukung penyelesaian masalah ini secara damai,” kata Hakan Tekin Duta Besar Turki untuk Denmark, terkait kemungkinan repatriasi patung kuno Septimius Severus yang secara ilegal diambil dari Turki pada 1960-an dan sekarang dipajang di Museum Glyptotek di Ibu Kota Copenhagen.

Tekin mengatakan pihaknya telah meminta agar artefak-artefak bersejarah dari tiga museum di Denmark, dikembalikan. Di antara artefak itu dipajang di Museum Glyptotek dan patung kepala Kaisar Septimius Severus ikut dipamerkan di antara museum tersebut.

Lalu, siapa sebenarnya Septimius Severus?

Profil Septimius Severus

Dilansir Britannica, Septimius Severus memiliki nama lengkap Lucius Septimius Severus Pertinax. Ia lahir pada 11 April 145 di Leptis Magna, Tripolitania yang sekarang menjadi Libya.

Septimius Severus adalah kaisar Romawi dari tahun 193 hingga 211. Ia mendirikan dinasti pribadinya dan mengubah pemerintahan menjadi monarki militer. Pemerintahannya menandai tahap kritis dalam perkembangan despotisme mutlak yang menjadi ciri Kekaisaran Romawi kemudian.

Sebagai putra seorang ksatria dari koloni Romawi Leptis Magna, Severus masuk ke dalam Senat sekitar tahun 173 dan menjadi konsul pada tahun 190. Saat pembunuhan kaisar gila Commodus pada 31 Desember 192, ia menjabat sebagai gubernur Pannonia Atas (sekarang di Austria dan Hungaria) dan komandan pasukan terbesar di Sungai Danube.

Ia tetap tidak aktif saat Praetorian Guards membunuh pengganti Commodus yang gila, Publius Helvius Pertinax pada Maret 193, dan menjual gelar kekaisaran kepada Marcus Didius Julianus. Kemudian pada 13 April, Severus dinyatakan sebagai kaisar oleh pasukannya.

Ia menyatakan dirinya sebagai pembalas dendam Pertinax dan bergerak menuju Roma. Julianus dibunuh di Roma pada 1 Juni, dan Severus memasuki kota tersebut beberapa hari kemudian tanpa perlawanan.

Severus menggantikan Praetorian Guard dengan pasukan penjaga baru berkekuatan 15.000 orang dari legiun-legiun Danube miliknya sendiri. Ia sementara meredakan saingannya di Britania, Decimus Clodius Albinus, dengan memberinya gelar caesar (kaisar muda).

Pada 194, ia bergerak ke timur dan secara tegas mengalahkan saingan lainnya, Gaius Pescennius Niger, gubernur Suriah. Severus kemudian bergerak ke barat untuk menghadapi Albinus, yang telah menyatakan dirinya sebagai kaisar. Albinus bunuh diri setelah mengalami kekalahan telak di dekat Lugdunum (sekarang Lyon, Prancis) pada Februari 197

Setelah kembali ke Roma, Severus mengeksekusi sekitar 30 pendukung senator Albinus. Untuk membenarkan penggulingannya, ia menyatakan dirinya sebagai putra angkat kaisar Marcus Aurelius yang memerintah 161–180 dan mengklaim keturunan dari kaisar Nerva yang memerintah pada 96–98.

Ia juga menunjuk Caracalla, putranya dari istri Suriahnya, Julia Domna, sebagai rekan kaisar dan penerusnya. Pada akhir 197, Severus bergerak ke timur untuk menghalangi invasi Mesopotamia (sekarang di Irak) oleh bangsa Partia, dan dua tahun kemudian Mesopotamia dianeksasi ke dalam kekaisaran.

Pada tahun 202, Severus kembali ke Roma, di mana ia menghabiskan enam tahun berikutnya melakukan perubahan besar dalam struktur pemerintahan kekaisaran. Karena kekuasaannya didasarkan pada kekuatan militer bukan pada legalitas konstitusional, ia memberikan peran dominan kepada tentara dalam negaranya.

Ia mendapatkan dukungan para prajurit dengan meningkatkan gaji mereka dan memperbolehkan mereka menikah. Untuk mencegah munculnya rival militer yang kuat, ia mengurangi jumlah legiun yang berada di bawah kendali masing-masing jenderal.

Pada saat yang sama, Severus mengabaikan Senat yang mengalami penurunan kekuasaan yang cepat, dan ia merekrut pejabat-pejabatnya dari kalangan ekuites bukan dari kalangan senator. Banyak penduduk provinsi dan petani yang mendapatkan kemajuan, sedangkan aristokrasi Italia kehilangan sebagian besar pengaruhnya.

Severus memberikan perhatian khusus pada administrasi keadilan. Pengadilan di luar Roma di Italia dikeluarkan dari yurisdiksi senatorial dan ditempatkan di bawah kendali prefek praetorian. Severus juga mendapatkan nasihat dari ahli hukum terkenal Ulpianus dalam melakukan reformasi luas terhadap hukum. Meskipun memberikan sumbangan kepada masyarakat miskin perkotaan dan melakukan kampanye pembangunan yang luas, Severus berhasil menjaga keuangan negara tetap stabil.

Pada tahun 208, Severus, yang ditemani oleh Caracalla dan putranya yang lebih muda, Geta, memimpin pasukan ke Britania untuk menundukkan wilayah-wilayah pulau tersebut yang belum berada di bawah kekuasaan Romawi. Severus meninggal karena penyakit di Eboracum  Britania (sekarang York, Inggris, pada 4 Februari 211. (Tempo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel