-->

Mengenal Lebih Jauh tentang MRT Jakarta

Mengenal Lebih Jauh tentang MRT Jakarta Nampaknya Jakarta tidak berhenti menunjukkan eksistensinya. Setelah gebrakan Taman Kalijodo, Simpang Susun Semanggi, Revitalisasi Lapangan Banteng, Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) kekinian dan sekarang Mass Rapid Transit atau Moda Raya Terpadu  yang disingkat MRT menjadi icon terbaru kebanggaan Jakarta.

Sejarah awal mula MRT Jakarta
Pembangunan MRT Jakarta dimulai dengan peletakan batu pertama oleh Bp Jokowi pada tanggal 10 Oktober 2013. Pembangunan konstruksi Fase 1 MRT Jakarta meliputi Koridor 1 yang telah dibangun jalur kereta sepanjang 16 kilometer, yang meliputi 10 kilometer jalur layang dan 6 kilometer jalur bawah tanah.

Tentang proyek MRT Jakarta
Proyek MRT Jakarta dibiayai oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan proposi 49 : 51 dengan dukungan oleh dana pinjaman dan hibah dari Pemerintah Jepang melalui Japan International Cooperation Agency (JICA). Dukungan pinjaman dari JICA ini diberikan dalam bentuk Soft Loan Agreement (SLA) dengan jangka waktu pinjaman 40 tahun termasuk 10 tahun masa tenggang. Pinjaman tersebut baru akan mulai dilakukan pembayaran pokonya pada tahun 2025 dengan skema cicilan sampai dengan tahun 2055. Komitmen dalam bentuk penyediaan dana pembangunan yang diberikan JICA adalah sebesar ¥125,237,000,000,- , terdiri dari Loan Agreement No. IP-536 sebesar ¥1,869,000,000,-, dan Loan Agreement No. IP-554 sebesar ¥48,150,000,000,- dan Loan Agreement No. IP-571 sebesar ¥75,218,000,000,-

Dana pinjaman JICA yang telah diterima Pemerintah Pusat diteruspinjamkan kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dokumen anggaran (APBN) yang berkaitan dengan pinjaman berada di Kementerian Keuangan dengan nama program dan kegiatan adalah Program Pengelolaan Hibah Negara Kegiatan Penerusan Pinjaman dan/atau Hibah LN sebagai Hibah kepada Pemerintah Daerah. Executing Agency adalah Direktorat Jenderal Perkeretaapian sedangkan Implementing Agency adalah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. 

Sebagai Implementing Agency Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan mencatat sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam APBD dan menempatkan dokumen pelaksanaan anggaran kegiatan pembangunan MRT pada Badan Pengelola Keuangan Daerah (BPKD) DKI Jakarta dengan nama Program dan Kegiatan Penyertaan Modal (Pembiayaan/Investasi) Pemerintah DKI Jakarta kepada PT MRT Jakarta. Selain itu, dokumen pelaksanaan anggaran pembangunan MRT Jakarta juga ditempatkan pada BAPPEDA DKI Jakarta sebagai belanja langsung dengan nama program Perencanaan Pembangunan Sarana dan Prasarana Kota, dengan nama kegiatan Management Consulting Services for MRT Jakarta. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menunjuk PT MRT Jakarta sebagai sub implementing dari program pembangunan MRT Jakarta. Untuk pengerjaan konstruksi MRT Jakarta dibagi dalam 6 paket kontrak yang dikerjakan oleh kontraktor dalam bentuk konsorsium (joint operation).

Apakah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mampu membayar hutang untuk pembangunan MRT Jakarta ?
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki kemampuan pembayaran kembali atas pinjaman daerah yang diajukan (Debt Service Coverage Ratio-DSCR) dengan nilai yang sangat tinggi yakni 72,64 (untuk loan burden sharing 51%), 63,87 (untuk loan burden sharing 58%), dan 56,99 (untuk loan burden sharing 65%). Nilai DSCR Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk ketiga skema loan burden sharing sangat jauh di atas syarat minimal yakni 2,5 dan berdasarkan PMK Nomor 119/PMK.07/2017, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memiliki indeks Kapasitas Fiskal Daerah (KFD) sebesar 7,87 dengan kategori Sangat Tinggi.

Dengan nilai investasi mencapai Rp16 Triliun, studi kelayakan untuk Proyek MRT Jakarta dilakukan untuk melihat sejauh mana investasi yang ditanamkan ini bisa balik modal atau tidak. Peluang untuk balik modal itu tidak bisa didapatkan dalam beberapa tahun, namun dalam 10 tahun di proyeksikan mendapatkan keuntungan dari penjualan tiket dan pemasangan iklan baik di kereta maupun stasiun.

Kembali ke tujuan awal yang di kejar dari MRT Jakarta ini adalah memberikan manfaat bagi warga seperti menyediakan moda transportasi yang aman, nyaman, terjangkau dan bertaraf internasional; mengurangi konsumsi energi, dan mengurangi kemacetan jalan raya.

Mengenal Fitur-fitur di MRT Jakarta
PT MRT Jakarta sebagai sebuah perusahaan milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang bergerak dalam pengadaan dan operasional transportasi publik massal berbasis rel  berkomitmen untuk memberikan jasa layanan terbaik bagi masyarakat sebagai calon pengguna, baik dari segi prasarana maupun sarana. PT MRT Jakarta menyiapkan pelayanan berstandar internasional yang memberikan rasa aman, nyaman, dan dapat diandalkan. Oleh karena itu, perusahaan menggunakan sejumlah infrastruktur perkeretaapian yang baru untuk diterapkan di Indonesia. 

Kereta MRT Jakarta dibuat oleh Nippon Sharyo memiliki dimensi panjang 20 meter, lebar 2,9 meter, dan tinggi 3,9 meter. Badan kereta terbuat dari bahan baja anti karat (stainless steel) yang didominasi oleh warna biru dan abu-abu metalik dengan berat kosong per-satu kereta mencapai 31 sampai dengan 35 ton.

Kapasitas angkut maksimum 332 orang per-kereta. Untuk Tahap 1, PT MRT Jakarta menyediakan 16 rangkaian kereta (1 rangkaian terdiri dari 6 kereta), sehingga  kapasitas angkut 1 rangkaian mencapai 1.950 orang per-rangkaian. MRT Jakarta memperkirakan akan mengangkut lebih dari 174 ribu per orang setiap harinya dengan headway atau rentang waktu antar kereta 5 menit pada jam sibuk dan sekitar 10 menit di luar jam sibuk.

Sistem perkeretaapian MRT Jakarta terdiri dari 11 pekerjaan utama yang sebagian diantaranya adalah tehnologi baru perkeretaapian yang baru diterapkan di Indonesia 

1. Substation System
Sumber listrik MRT Jakarta diperoleh dari dua gardu induk milik PT PLN (Persero) yaitu Gardu Induk Pondok Indah dan Gardu Induk CSW. Dari dua gardu induk ini, listrik dengan tegangan 150kV diterima oleh Receiving Substation (RSS) lalu diubah menjadi 20kV untuk keperluan operasi RSS, Traction Substation (TSS)/Gardu Traksi, dan Electrical Room (ER) di setiap stasiun/depo. 

2. Overhead Contact System (OCS)
OCS berfungsi untuk menyalurkan listrik 1500 V DC sepanjang jalur MRT Jakarta ke rolling stock/kereta. Terdapat 2 (dua) jenis OCS yang digunakan di MRT Jakarta yaitu Simple Catenary System (SCS) untuk depo dan jalur layang, serta Rigid Suspension System (RISS) untuk area bawah tanah. 

3. Power Distribution System / Sistem Distribusi Daya
PDS berfungsi untuk mendistribusikan tenaga listrik ke stasiun dan depo. Subsistem ini mencakup penyaluran tenaga listrik dengan tegangan 20 kV (keluaran dari RSS) ke setiap stasiun dan depo, lalu diubah menjadi tegangan rendah 380V/220V. Sistem kelistrikan MRT didukung oleh penyulang ganda untuk meningkatkan keandalan sistem.

4. Signaling System / Sistem Persinyalan
MRT Jakarta menggunakan sistem persinyalan Communication-based Train Control (CBTC) dengan menggunakan moving block system. Sistem persinyalan ini bekerja sinergis antarempat bagian yang penting, yaitu Automatic Train Supervisory (ATS) yang berada di Operation Control Center(OCC); Peralatan di lapangan (wayside equipment) baik yang berada di stasiun maupun di sepanjang jalur kereta; Jaringan data komunikasi sebagai penghubung peralatan di lapangan dan di dalam kereta; dan Peralatan di dalam kereta (on-board equipment).

5. Telecommunication System / Sistem Telekomunikasi
Sistem ini menyediakan hal-hal yang berkaitan dengan kebutuhan komunikasi dan informasi yang diperlukan dalam operasional MRT Jakarta. Mulai dari penyediaan infrastruktur jaringan untuk backbone komunikasi data, penyediaan sistem radio dan telepon untuk komunikasi antarpersonel, penyediaan informasi keamanan dan keselamatan melalui kamera pengawas (CCTV System) dan Disaster Prevention System, hingga penyediaan informasi untuk penumpang berupa informasi waktu dan jadwal perjalanan kereta melalui Clock System, Public Address System, dan juga Passenger Information Display System.

6. Power SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)
Fungsi utamanya adalah mengatur dan memonitor RSS, TSS, dan ER.

7. Facility SCADA (Supervisory Control and Data Acquisition)
Berfungsi untuk memonitor perangkat-perangkat fasilitas yang berada di dalam stasiun sehingga dapat mendeteksi kegagalan sistem secara cepat serta mengontrol beberapa kipas/fan di stasiun bawah tanah.

8. Automatic Fare Collection System
Sistem tiket elektronik di MRT Jakarta, dengan menggunakan IC card Ticket yang dapat di beli di loket/Ticket Office Machine atau di mesin tiket otomatis/Ticket Vending Machine yang disediakan di area stasiun. Pengguna layanan MRT dapat masuk ke area berbayar/paid area melalui gerbang penumpang/passanger gate untuk kemudian naik ke kereta MRT. Setelah sampai di stasiun tujuan penumpang dapat melakukan tap out di gerbang keluar/exit gate. 

9. Platform Screen Doors
Adalah partisi pembatas antara area peron penumpang dengan rel kereta. Terdiri dari dua jenis, yaitu full height untuk stasiun bawah tanah dan half height untuk stasiun layang. PSD terdiri dari pintu buka tutup otomatis, fixed door, dan pintu darurat. Buka tutup pintu otomatis terhubung dengan sinyal kereta dan dilengkapi dengan lampu alarm buka tutup.

10. Eskalator & Elevator
Ada 2 tipe eskalator yang digunakan, yaitu eskalator tipe luar ruang/outdoor dan eskalator tipe dalam ruang/indoor. Sedangkan elevator/lift diprioritaskan untuk usia lanjut, penyandang disabilitas, ibu hamil, dan orang tua yang membawa anak dengan kereta dorong.

11. Track Work 
Tipe struktur rel kereta api yang digunakan terdiri dari Ballasted Track untuk area Depo, Direct Fixation Track with Anti-Vibration Sleeper untuk konstruksi layang.

Penggunaan teknologi tersebut diharapkan mampu mewujudkan pelayanan yang diharapkan oleh masyarakat dan dalam perkembangannya, MRT Jakarta akan terus memutakhirkan informasi tentang teknologi yang digunakan.

Oleh : Tommy Cahyono Adi Wijaya

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel