-->

Masih Dievaluasi SKK Migas, Ignasius Jonan Belum Setujui Revisi POD Blok Masela

Masih Dievaluasi SKK Migas, Ignasius Jonan Belum Setujui Revisi POD Blok MaselaJAKARTA, LELEMUKU.COM - Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan belum juga memberi persetujuan untuk revisi rencana pengembangan atau Plan of Development (POD) Blok Masela yang diajukan Inpex Masela Ltd lantaran masih dievaluasi oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas).

Menurut Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Djoko Siswanto persetujuan revisi POD terus mundur dari jadwal yang dijanjikan pemerintah karena dalam evaluasi tersebut ada kemungkinan biayanya turun.

"Sedang diproses di SKK Migas. Lagi dievaluasi cost-nya, bisa saja turun," kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Djoko Siswanto kepada CNBC Indonesia di Jakarta, Selasa (19/2).

Sebelumnya, proyek Masela ini direncanakan mulai on stream pada kuartal II-2027 dengan estimasi produksi gas alam cair (liquefied natural gas/LNG) 9,5 juta ton per tahun dan gas 150 mmscfd. Biaya pengembangan proyek Lapangan Abadi diperkirakan sebesar US$ 16 miliar.

Kabar terakhir untuk proyek blok Masela ini, pemerintah sampai mendatangkan sejumlah pakar migas dari luar negeri. Para pakar tersebut didatangkan dari beberapa negara, salah satunya dari Amerika Serikat (AS). Konsultan tersebut yakni Energy World Coorporation (EWC).

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto mengatakan, para pakar tersebut dipanggil untuk memberikan masukan dalam penyusunan POD Blok Masela. Khususnya yang berkaitan dengan persoalan teknis. Namun ia memastikan, skema yang dipakai pun masih tetap skema onshore, sebab skema itu yang paling sesuai.

"Jadi, nanti ada floating storage untuk pemisahan minyak dan gasnya. Sementara LNG-nya di onshore. Itu yang sedang didiskusikan karena berdampak pada cost-nya," pungkas Dwi.

Sebagai informasi, sejumlah target pengerjaan tahun ini untuk proyek yang dikerjakan Inpex Corporation ini telah dipasang, yakni memperoleh POD, melakukan konsultasi publik terkait analisis dampak lingkungan (Amdal), memasukkan kerangka acuan Amdal ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, serta memulai survey baseline.

Lapangan Abadi di Blok Masela merupakan ladang gas raksasa yang terletak di Laut Arafura. Production Sharing Contract (PSC) Blok Masela sudah ditandatangani oleh Inpex Corporation sejak 1998 atau 20 tahun silam.

Cadangan gas terbukti sebesar 10,7 triliun kaki kubik (TCF) di Masela sudah ditemukan melalui kegiatan eksplorasi pada 2000 atau hampir 2 dekade lalu.

Blok Masela awalnya ditargetkan mulai memproduksi gas sebesar 1.200 MMSCFD pada 2024. Nilai proyeknya diperkirakan mencapai USD 30 miliar alias Rp 405 triliun (kurs Rp 13.500).

Tapi dipastikan molor setidaknya 2 tahun karena POD Masela harus direvisi. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta kilang LNG Masela dibangun di darat (onshore) tepatnya di Pulau Yamdena, Kabupaten Kepulauan Tanimbar, Provinsi Maluku.

Kalau tak ada hambatan, paling cepat gas dari Blok Masela baru akan mengalir pada 2026. Aktivitas fisik (Engineering Procurement and Construction/EPC) baru dimulai kira-kira 2022. Butuh kurang lebih 4 tahun untuk konstruksi.

Gas bumi dari Blok Masela rencananya dimanfaatkan untuk industri pupuk dan petrokimia serta dilikuifasi menjadi LNG. Pembangunan kilang di darat diharapkan mampu memberikan multiplier effect bagi tumbuhnya industri, pengembangan kawasan, dan kesejahteraan masyarakat sekitar. (Albert Batlayeri/CNBC/Kumparan)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel