-->

KLB DBD di Manggarai Barat Mencapai 597 Kasus, 5 Meninggal

KLB DBD di Manggarai Barat Mencapai 597 Kasus, 5 MeninggalLABUAN BAJO, LELEMUKU.COM – Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah Dengue (DBD) sepanjang Oktober 2018 hingga 14 Januari 2019 di Kabupaten Manggarai Barat (Mabar), Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terus berkembang. Ini terlihat dari jumlah yang terkena Kasus DBD dan jumlah kematian.

Data yang dihimpun  Dinas Kominfo Manbar dari Posko Satgas KLB DBD menyebutkan hingga 14  Januari tahun ini, kejadian luar biasa (KLB) penyakit DBD dilaporkan 597 Orang, 5 di antaranya meninggal Dunia pada periode tahun 2018.

"Hingga 14  Januari, kasus DBD yang terjadi di Manggarai Barat tercatat sebanyak 597 orang sedang dirawat di Puskesmas Labuan Bajo dan RSUD Komodo Merombok serta Rumah Sakit Siloam, selain itu Puskesmas Terang Kecamatan Boleng  juga tercatat sebagai Puskesmas yang banyak merawat pasien DBD," ungkap Bupati Gusti Dula.

Hal tersebut disampaikan Bupati Mangbar Drs. Agustinus Ch. Dula (Gusti Dula) didampingi Wakil Bupati drh. Maria Geong,Ph.D saat  memberikan arahan dan membuka kegitan Sosialisasi Penanganan Pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kantor Bupati, Selasa (8/2)

Hadir dalam Sosilisasi ini,  Kepala Dinas Provinsi NTT drg. Dominggus Minggu, M.Kes bersama  rombongan Team dokter ahli Provinsi NTT dr. Felix Payong Pira,MPH,  dr. Samson Ehe Teron,Sppk, Acep Efendi, SKM, M.Si,  Novy Enggelin Elim,  S. Fam,Apt, Reichard Radja Riwu,SKM,  Yasinta Tine, Sekda Kabupaten Manggarai Barat Mbon Rofinus, SH,M.Si, Para Asisten, Staf Ahli Bupati, Pimpinan OPD lingkup Pemda Manggarai Barat, UPTD pelayanan Kesehatan, Camat Komodo, Lurah dan para Kades se-kecamatan Komodo, Komunitas Peduli Lingkungan Labuan Bajo dan undangan lainya.

Terhadap situasi ini masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap penyakit DBD mengingat setiap tahun kejadian penyakit demam berdarah dengue di Indonesia dan Manggarai Barat Khususnya cenderung meningkat pada pertengahan musim penghujan sekitar Januari, dan cenderung turun pada Februari hingga ke penghujung tahun.

"Kiranya seluruh elemen Masyarakat Serius menyikapi kasus ini, mengingat Labuan Bajo sebagai Daerah Tujuan Wisata maka segera diambil langkah konkrit", kata Bupati Gusti Dula.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur, drg. Dominggus Minggu,M.Kes didampingi Team dokter ahli Provinsi NTT dr. Felix Payong Pira,MPH,  dr. Samson Ehe Teron,Sppk, Acep Efendi,SKM,M.Si,  Novy Enggelin Elim,S.Fam,Apt, Reichard Radja Riwu.SKM,  Yasinta Tine, mengatakan, kasus DBD di Mabar  saat ini masih berkembang dari 597 kasus yang terjadi hingga Senin (14/1) 5 diantaranya meninggal dunia pada periode 2018.

Menurut Drg. Dominggus Minggu,M.Kes,terjadinya KLB DBD di Manggarai Barat berhubungan dengan berbagai faktor risiko, "Seperti Lingkungan yang masih kondusif untuk terjadinya tempat perindukan nyamuk Aedes, pemahaman masyarakat yang masih terbatas mengenai pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) 3M Plus, perluasan daerah endemik akibat perubahan dan manipulasi lingkungan yang terjadi karena urbanisasi dan pembangunan tempat pemukiman baru serta meningkatnya mobilitas penduduk, selain itu kasus DBD biasanya terjadi saat pergantian musim terutama dari musim kemarau menuju musim hujan," katanya menjelaskan.

Untuk itu, Ia mengharapkan peran Dinas Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat agar mencermati setiap pergantian musim. "Saya harap Dinkes Mabar untuk selalu mencermati setiap pergantian musim, supaya memberikan informasi kepada setiap Puskesmas atau pihak terkait, manakala terjadi kasus DBD," harap Kadinkes propinsi NTT ini.

Selain itu, Dominggus menambahkan, untuk menekan terjadinya KLB DBD, perlu membudayakan kembali Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus secara berkelanjutan sepanjang tahun dan mewujudkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (Juru Pemantau Jentik.

Pada penanganan KLB DBD di Manggarai Barat, selain melakukan sosialisasi, pihaknya akan berkordinasi dengan Kemenkes, agar  mengirimkan tim teknis untuk penyelidikan epidemioligi serta penanggulangan vektor dengan fogging fokus, pemberian larvasida (abate) dan selain itu untuk deteksi dini. Pihaknya mengharapkan agar Kemenkes  mengirim Rapid Diagnostic Test (RDT). Adapun dukungan logistik dari Pemerintah Pusat kepada Daerah didistribusikan berdasarkan permintaan daerah, karena di beberapa daerah sudah ada yang memiliki logistik masing-masing, katanya menerangkan.

Untuk diketahui, KLB DBD dinyatakan bila: 1) Jumlah kasus baru DBD dalam periode bulan tertentu menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibandingkan angka rata-rata per bulan dalam tahun sebelumnya; 2) Timbulnya kasus DBD pada suatu daerah yang sebelumnya belum pernah terjadi; atau 3) Angka kematian DBD dalam kurun waktu tertentu menunjukkan kenaikan 50% atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya dalam kurun waktu yang sama. (DiskominfoMabar)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel