Wakili Maluku di Piala Menpora Cup U-12, Kehidupan Atlit di Balikpapan Sangat Memprihatinkan
pada tanggal
Wednesday, September 5, 2018
BERITA MALUKU. Hampir semua atlit yang mewakili daerahnya untuk berkompetisi di tingkat nasional merasa bangga, karena ingin mengharumkan nama daerahnya.
Keinginan tersebut, nyatanya berbeda dengan apa yang terjadi kepada atlit Maluku, salah satunya tim sepak bola U-12 asal Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), yang mewakili Maluku untuk berkompetisi berjenjang piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) 2018, di Balikpapan.
Tim yang terdiri dari 20 orang dibawah asuhan pelatih As Kay, berangkat ke Balikpapan hanya mengandalkan biaya dari pemerintah Desa Batumiau, kecamatan Leti, Kabupaten MBD, sedangkan pemerintah daerah provinsi Maluku terkesan tutup mata, tanpa memberikan bantuan sepersen pun kepada tim yang menggalahkan U-12 Tulehu, Maluku Tengah di babak final dengan skors 6-0 ini.
Berangkat dengan pakaian dan kostum seadanya, dari Bandara Pattimura, tim ini kemudian bertemu dengan lawan dari berbagai provinsi lainnya, yang dibiayai langsung oleh pemerintah masing-masing, baik diri sisi pendanaan, perlengkapan, akomodasi dan transportasi dan lain sebagainya.
Penderitaan tim asal bumi Kalwedo ini tidak hanya sampai disitu, tim U-12 asal MBD ini harus menumpang di rumah warga asal MBD yang berada di balikpapan dan tidor diatas kardus, sehari sebelum bertolak ke Ambon.
Walaupun gagal untuk maju ke babak selanjutnya, namun tim U-12 asal MBD pulang dengan sukacita diselimuti rasa kekecewaan kepada pemerintah daerah provinsi Maluku dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olahraga Maluku.
"Mulai dari kita pergi sampai pulang tidak ada sedikitpun perhatian dari pemerintah daerah provinsi Maluku, baik dari dana, transpprtasi maupun tempat tinggal. Kami hanya mengandalkan dana bantuan Pemerintah Desa kami,"ujar pelatih As Kay kepada wartawan di Ambon, Rabu (5/9/2018).
Menurutnya, Dispora dalam hal ini mengatas namakan Pemerintah Provinsi Maluku sangat menjatuhkan kredibilitas Provinsi Maluku dibidang olahraga khususnya sepak bola.
"Saya harus sampaiakan bahwa Maluku ini punya gudang pesepak bola namun tidak ada perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Maluku" tandasnya.
Ditambahkan, kesengsaraan anak-anak yang harus mengharumkan nama Maluku sangat memprihatin karena sejak mengikuti seleksi ditingkat Kabupaten Maluku Barat Daya mereka dipwrhatikan luar biasa namun ketika dapa pada tingkat Provinsi mereka diterlantarkan hingga di Balik Papan.
"Kami seakan dipermainkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku yang mana ketika persiapan berangkat ke Balik Papan dari Dispora Maluku menyuru kami untuk bon tiket pergi dan Pulang (PP) nanti baru dibayar, ini namanya pembodohan dan pembohongan bagi kami,"ucapnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora ) Maluku Semy Huwae harus diganti. karena tidak mempunyai kepedulian untuk kemajuan dunia olahraga di Maluku, khususnya sepak bola.
"Saya berharap k Kadis Dispora harus diganti karena tidak mampu memperhatika atlit bahkan olahraga sepok bola di Maluku, atau nantinya orang MBD memimpin dulu baru kami orang MBD diperhatikan" harap Kaay.
Keinginan tersebut, nyatanya berbeda dengan apa yang terjadi kepada atlit Maluku, salah satunya tim sepak bola U-12 asal Kabupaten Maluku Barat Daya (MBD), yang mewakili Maluku untuk berkompetisi berjenjang piala Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) 2018, di Balikpapan.
Tim yang terdiri dari 20 orang dibawah asuhan pelatih As Kay, berangkat ke Balikpapan hanya mengandalkan biaya dari pemerintah Desa Batumiau, kecamatan Leti, Kabupaten MBD, sedangkan pemerintah daerah provinsi Maluku terkesan tutup mata, tanpa memberikan bantuan sepersen pun kepada tim yang menggalahkan U-12 Tulehu, Maluku Tengah di babak final dengan skors 6-0 ini.
Berangkat dengan pakaian dan kostum seadanya, dari Bandara Pattimura, tim ini kemudian bertemu dengan lawan dari berbagai provinsi lainnya, yang dibiayai langsung oleh pemerintah masing-masing, baik diri sisi pendanaan, perlengkapan, akomodasi dan transportasi dan lain sebagainya.
Penderitaan tim asal bumi Kalwedo ini tidak hanya sampai disitu, tim U-12 asal MBD ini harus menumpang di rumah warga asal MBD yang berada di balikpapan dan tidor diatas kardus, sehari sebelum bertolak ke Ambon.
Walaupun gagal untuk maju ke babak selanjutnya, namun tim U-12 asal MBD pulang dengan sukacita diselimuti rasa kekecewaan kepada pemerintah daerah provinsi Maluku dalam hal ini Dinas Pemuda dan Olahraga Maluku.
"Mulai dari kita pergi sampai pulang tidak ada sedikitpun perhatian dari pemerintah daerah provinsi Maluku, baik dari dana, transpprtasi maupun tempat tinggal. Kami hanya mengandalkan dana bantuan Pemerintah Desa kami,"ujar pelatih As Kay kepada wartawan di Ambon, Rabu (5/9/2018).
Menurutnya, Dispora dalam hal ini mengatas namakan Pemerintah Provinsi Maluku sangat menjatuhkan kredibilitas Provinsi Maluku dibidang olahraga khususnya sepak bola.
"Saya harus sampaiakan bahwa Maluku ini punya gudang pesepak bola namun tidak ada perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Maluku" tandasnya.
Ditambahkan, kesengsaraan anak-anak yang harus mengharumkan nama Maluku sangat memprihatin karena sejak mengikuti seleksi ditingkat Kabupaten Maluku Barat Daya mereka dipwrhatikan luar biasa namun ketika dapa pada tingkat Provinsi mereka diterlantarkan hingga di Balik Papan.
"Kami seakan dipermainkan oleh Pemerintah Provinsi Maluku yang mana ketika persiapan berangkat ke Balik Papan dari Dispora Maluku menyuru kami untuk bon tiket pergi dan Pulang (PP) nanti baru dibayar, ini namanya pembodohan dan pembohongan bagi kami,"ucapnya.
Untuk itu, dirinya berharap agar Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora ) Maluku Semy Huwae harus diganti. karena tidak mempunyai kepedulian untuk kemajuan dunia olahraga di Maluku, khususnya sepak bola.
"Saya berharap k Kadis Dispora harus diganti karena tidak mampu memperhatika atlit bahkan olahraga sepok bola di Maluku, atau nantinya orang MBD memimpin dulu baru kami orang MBD diperhatikan" harap Kaay.
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Wakili Maluku di Piala Menpora Cup U-12, Kehidupan Atlit di Balikpapan Sangat Memprihatinkan . Silahkan membaca berita lainnya.