Israel Lancarkan Serangan Terbesar ke Hizbullah di Lebanon
pada tanggal
Sunday, August 25, 2024
TEL AVIV, LELEMUKU.COM - Israel melancarkan serangan terbesar terhadap kelompok Hizbullah yang didukung Iran di Lebanon dalam 10 bulan terakhir, berdasarkan intelijen yang diklaim oleh sumber keamanan Israel sebagai informasi akurat untuk mencegah ribuan roket dan drone diluncurkan ke wilayah Israel.
Militer Israel mengungkapkan bahwa sekitar 100 jet tempur menyerang lebih dari 40 situs peluncuran roket dan drone Hizbullah di Lebanon selatan pada pukul 5 pagi waktu setempat. Hizbullah, yang oleh Amerika Serikat dianggap sebagai kelompok teroris, adalah kekuatan proxy utama Iran di kawasan tersebut.
Sekitar pukul 5:30 pagi, Hizbullah membalas dengan meluncurkan lebih dari 150 roket dan drone ke wilayah utara Israel. Serangan ini menyebabkan beberapa kerusakan properti, namun tidak ada korban jiwa yang dilaporkan.
Dalam serangkaian pernyataan di media sosial, Hizbullah mengklaim telah meluncurkan lebih dari 300 roket dan drone ke Israel pada pagi hari sebagai bagian dari balas dendam atas pembunuhan komandan militer tertingginya, Fouad Shukur, di Beirut selatan pada 30 Juli lalu.
"Operasi militer kami untuk hari ini telah selesai dan berhasil," ujar Hizbullah, sembari menegaskan bahwa mereka hanya menargetkan situs militer Israel.
Brigjen cadangan Israel, Jacob Nagel, mantan penasihat keamanan nasional Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, mengatakan kepada VOA melalui pesan teks bahwa intelijen Israel "bekerja dengan sangat baik" dalam mendeteksi rencana Hizbullah untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Israel dengan tujuan merusak fasilitas militer dan sipil, serta melukai warga sipil.
Militer Israel mengungkapkan bahwa sebagian besar roket dan drone Hizbullah yang dipersiapkan untuk serangan dini hari tersebut diarahkan ke wilayah utara Israel, sementara beberapa juga diarahkan ke pusat negara yang padat penduduk. Hizbullah membantah klaim bahwa rencana serangannya sebagian besar digagalkan oleh serangan preemptive Israel.
Hizbullah mulai melancarkan serangan kecil setiap hari ke utara Israel sejak 8 Oktober sebagai solidaritas dengan kelompok teroris Palestina, Hamas, yang juga merupakan proxy Iran, yang memulai perang dengan Israel dengan menginvasi wilayah selatan negara itu dari Gaza sehari sebelumnya.
Berbicara kepada VOA melalui telepon, Mayor cadangan Israel Sarit Zehavi mengatakan bahwa serangan Hizbullah pada Minggu dini hari "sangat berbeda" dari serangan-serangan selama 10 bulan terakhir karena menargetkan sejumlah besar kota dan desa di utara Israel secara bersamaan, termasuk yang belum dievakuasi. Puluhan ribu warga Israel telah mengevakuasi komunitas mereka dalam beberapa kilometer dari perbatasan Lebanon sejak awal konflik.
Zehavi, yang merupakan presiden Alma Research and Education Center yang berspesialisasi dalam tantangan keamanan di perbatasan utara Israel, juga membantah klaim Hizbullah bahwa mereka hanya menargetkan situs militer Israel dalam serangannya.
"Ketika Anda meluncurkan jenis roket ini, mereka tidak akurat dan bisa mengenai apa saja," ujarnya.
Nagel, yang ditunjuk Netanyahu untuk memimpin komisi evaluasi anggaran keamanan Israel awal bulan ini, mengatakan bahwa tujuan Israel dalam menyerang Hizbullah secara preemptive bukan untuk memicu perang skala penuh.
"Tetapi kami akan melakukan apa yang diperlukan untuk membawa warga utara kami kembali ke rumah dengan selamat," kata Nagel, yang juga bekerja sebagai senior fellow di Foundation for Defense of Democracies yang berbasis di Washington.
Dalam wawancara terpisah dengan VOA, mantan pejabat intelijen Israel Avi Melamed mengatakan bahwa serangan dini hari Israel terhadap Hizbullah juga menyoroti semakin sulitnya kelompok tersebut mempertahankan deterensinya terhadap Israel.
Melamed, yang menjalankan Inside the Middle East, sebuah kelompok riset nonprofit di AS, mengatakan bahwa Hizbullah telah kesulitan menghadapi Israel yang menggunakan intelijen superior untuk melancarkan serangan yang menewaskan lebih dari 400 operatifnya di Lebanon dalam 10 bulan, termasuk komandan-komandan senior seperti Shukur.
"Serangan preemptive Israel pada Minggu mengganggu rencana serangan Hizbullah [untuk membalas Shukur], menambah masalah deterensi yang juga mempengaruhi patronnya, Iran," kata Melamed.
Nagel menambahkan bahwa ia melihat para ulama radikal yang berkuasa di Iran berada di balik semua aktivitas teror di kawasan yang menargetkan Israel.
"Jadi waktu semakin mendekat bagi Israel untuk menerapkan strategi keamanan nasional yang relatif baru dan menghukum para pemimpin teror di sana," tulisnya, merujuk pada Iran. (VOA)