-->

Anwar Ibrahim Mengaku Butuh Waktu Lama untuk Bentuk Kabinetnya


JAKARTA, LELEMUKU.COM - Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengaku butuh waktu lebih banyak untuk pembentukan kabinetnya yang lebih ramping. Dia masih mempertimbangkan semua pandangan.
“Tidak seperti dulu, karena pemerintahan persatuan ini melibatkan banyak pihak. Sebelum mengambil keputusan, saya harus mendengarkan semua pandangan. Masalahnya sekarang Kabinet akan dirampingkan,” kata Anwar Senin, 28 November 2022, usai memimpin dewan kepresidenan Pakatan Harapan pertama sejak diangkat sebagai Perdana Menteri.

Anwar mengatakan, sebelumnya isi kabinet bisa saja mencapai 50, 60, 70 anggota, belum termasuk utusan khusus dan penasehat. Dia enggan meniru kebijakan serupa.

Sebelumnya analis menyarankan supaya Anwar Ibrahim seharusnya tidak membatasi kabinetnya kepada anggota parlemen atau politisi yang mendukung pemerintahannya. Teknokrat, akademisi, dan profesional lain dianjurkan jadi pertimbangan untuk masuk dewan menteri.

Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengindikasikan proses pembentukan kabinet pemerintahannya tidak akan didasari oleh semacam transaksi dari dukungan politik. Dia kembali menggemakan dewan menterinya akan ramping.

“Saya ingin mereka mendukung saya berdasarkan kebijakan saya dan komitmen saya terhadap pemerintahan yang baik, komitmen saya terhadap gerakan antikorupsi, dan untuk menyadarkan ekonomi. Itu sebenarnya," kata Anwar Minggu, 27 November 2022, dalam konferensi pers usai memimpin Rapat Khusus Dewan Aksi Nasional mengenai masalah biaya hidup di Putrajaya.

Anwar tak menampik dirinya mungkin akan mempertimbangkan satu atau dua sosok yang dia perlukan. Akan tetapi dia mengingatkan, jangan melihat itu sebagai ganjaran pada penguasa politik karena telah mendukungnya.

Dalam menjalankan pemerintahannya Anwar Ibrahim menyatakan akan fokus untuk mengatasi krisis biaya hidup di tengah ekonomi yang melambat. Malaysia juga menghadapi ancaman keterpecahan paska-pemilu. Para relawan mengharapkan bahwa pemerintah Anwar akan mencegah kembalinya ketegangan bersejarah antara etnis Melayu, mayoritas Muslim, dan minoritas etnis China dan India. (Tempo)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel