Media Tuai Kecaman karena Tulis Peran Positif Ratu Elizabeth II di Afrika
pada tanggal
Friday, September 9, 2022
JAKARTA, LELEMUKU.COM - Kantor berita Inggris BBC dan sejumlah outlet berita lainnya menuai kecaman karena melakukan romantisasi penjajahan setelah kematian Ratu Elizabeth II.
Ratu Elizabeth II yang telah lama berkuasa meninggal pada usia 96 tahun, Kamis, 8 September 2022. Penghormatan terakhir dari seluruh dunia pun mengalir sejak saat itu. Namun, netizen mengungkapkan kekesalan mereka atas tulisan positif media terkait Elizabeth sebagai penjajah di sejumlah negara Afrika.
British Broadcasting Corporation (BBC) wilayah Afrika terpaksa menutup kolom komentar di akun Twitter mereka karena dibanjiri kemarahan netizen asal Afrika maupun keturunan dari negara yang pernah dijajah Inggris.
Cuitan yang memicu perdebatan massal itu dikirim oleh pengguna Twitter @sifanelepotwana yang me-retweet laporan video yang dikirim oleh BBC News Africa. Video itu melihat hubungan lama Ratu Elizabeth II dengan Afrika dalam nada positif.
"Jangan rebranding kolonialisme sebagai hubungan lama," tulis @sifanelepotwana. Lebih dari 445.000 orang menyukai tweet tersebut, dengan puluhan ribu orang berkomentar dan me-retweet sikap mereka.
Sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20, terjadi pertempuran oleh negara-negara Eropa Barat untuk menjajah sebagian besar Afrika. Inggris, Prancis, Portugal, Jerman, dan Belgia adalah beberapa pelaku utama penjajahan ini. Pemerintahan Inggris atas negara-negara Afrika berlanjut hingga abad ke-20, dengan Kenya baru merdeka pada 1963.
Kolom komentar cuitan @sifanelepotwana dipenuhi orang-orang yang membagikan tautan peristiwa bersejarah dan artikel berita terkait aksi biadab Inggris di Afrika.
"Dia menjadi ratu saat tur di Kenya. Orang Afrika diasingkan, diperbudak, disiksa, dan dibunuh di tanah mereka sendiri," tulis pengguna Twitter @My_Ji10. "Inilah yang dianggap BBC sebagai hubungan jangka panjang."
Tidak semua orang berpihak pada tweet asli. @pengawino1 memicu perdebatan karena menentang pendirian tersebut. "Tidak mungkin orang menggunakan kematiannya sebagai cara untuk mempermasalahkan semua yang dilakukan Inggris dalam 70 tahun terakhir. Jika itu masalah mengapa tidak diangkat sebelum hari ini?" tulis dia.
Posting lain oleh outlet berita utama yang memicu pengguna Twitter diposting oleh E! News. Dalam video penghormatan untuk kehidupan Ratu Elizabeth II, outlet ini menulis, "Akhir dari era kerajaan. Beristirahatlah dalam perjuangan (Rest in Power), Ratu Elizabeth II."
Ungkapan "beristirahat dalam perjuangan" sebagian besar digunakan oleh anggota komunitas Hitam dan LGBTQ di Amerika Serikat (menurut Dictionary.com) sebagai ungkapan untuk berduka atas orang yang meninggal. Penggunaan istilah itu oleh E! News dalam kaitannya dengan ratu Inggris berkulit putih membuat banyak pihak murka.
"Penggunaan "Rest in Power" yang sangat tidak pantas, terutama mengingat orang tersebut dan perannya dalam melestarikan kolonialisme supremasi kulit putih di sebagian besar dunia." Penulis tweet ini @javsy hanya menambahkan, "Yikes."
@lord_lila mendesak E! News, "Hapus ini," tulis dia, "'Rest In Power' adalah untuk orang-orang tertindas, bukan penindas."
Topik kolonialisme pun kemudian secara luas dibahas di media sosial beberapa jam setelah kematian Ratu Elizabeth II.(Tempo)