-->

Youtuber Toms “87’ Antar Kelompok Fampompar Sangliat Dol Menang Lomba Budaya Desa Kemendikbud

 


SAUMLAKI, LELEMUKU.COM – Youtuber asal Kabupaten Kepulauan Tanimbar di Provinsi Maluku, Toms “87’ berhasil mengantarkan Kelompok Tari Fampompar Desa Sangliat Dol, Kecamatan Kormomolin meraih ‘Juara Harapan I’ Lomba Cerita Budaya Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) Tahun 2020.

Pria yang bernama lengkap Tommy Buksalwembun itu mengatakan karya terbaik tersebut masuk dalam 30 karya terpilih tingkat nasional dari sebanyak 489 karya terunggah yang sebelumnya ada sebanyak 962 pendaftar dari seluruh Indonesia.

Ia menyebutkan waktu pelaksanaan lomba itu adalah pengiriman karya pada tanggal 8 Agustus hingga 10 September 2020, Seleksi Administrasi tanggal 10 sampai 20 September 2020, Penjurian tanggal 10 sampai 30 September 2020 dan pengumunan lomba pada 1 Oktober 2020.

“Awalnya saya memang tertarik dengan budaya dan mengikuti segala informasi dari website dan media sosial Kemendikbud. Setelah saya tahu informasi lomba, ternyata harus bersama-sama dengan kelompok tari dari desa. Jadi saya meminta Kelompok Tari Fampompar Desa Sangliat Dol untuk terlibat,” ungkap dia kepada Lelemuku.com pada Kamis (08/10/2020).

Tom menjelaskan selama mengikuti sosialisasi persiapan dari Kemendikbud melalui aplikasi video dan media sosial berbagi video yang menentukan karya dibuat dalam bentuk tulisan narasi yang dilengkapi dengan foto dan video berisi potensi budaya, seperti sejarah atau identitas, objek pemajuan kebudayaan dan cagar budaya.


Kemudian pengelolaan budaya desa di masa sekarang dan pewarisan budaya desa bagi generasi penerus yang sesuai pada Undang-Udang (UU) No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Budaya, dimana kebudayaan tidak hanya pada tarian atau tradisi saja, namun nilai karakter luhur yang diwariskan secara turun-temurun.

“Saya berpikir untuk mengangkat budaya Tanimbar yang diwakili oleh Sangliat. Selama mengikuti tiga kali sosialisasi lewat zoom dan tayangan youtube, saya jadi tahu video itu harus sesuai dengan UU No 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Budaya. Setelah saya lihat memang kriteria-kriteria itu bisa dijawab oleh Sangliat, semuanya komplit,” tutur pria yang bentindak sebagai produser dan penanggungjawab itu.

Tom menambahkan pihaknya bersama 29 karya terpilih lainnya akan mendapatkan dana pemberdayaan sebesar Rp50 juta yang akan digunakan untuk melaksanakan pengembangan potensi budaya di desa. Selain itu akan mendapatkan hadiah tambahan sebesar Rp7 juta.

“Dana pembinaan tersebut akan kami gunakan untuk kembali angkat potensi budaya dari Sangliat Dol dalam bentuk video yang akan kami kirim ke Kemendikbud sebagai pertanggung jawaban. Harapan saya pencapaian ini bisa diapresiasi oleh Pemda karena lewat ajang ini sudah mempromosikan budaya Tanimbar di skala nasional dan akan terus disebarkan lebih luas lagi lewat Kemendikbud,” tambahnya.

Potensi budaya yang ditampilkan dalam video kelompok tari yang diketuai oleh Tarsisius dan Monika Lamere itu berjudul ‘Desa Pariwisata Budaya Sangliat Dol’, yaitu sejarah desa, situs adat penyambutan tamu dan situs Titar atau tangga batu serta Natar Sori atau Fampompar yang disebut Perahu Batu sebagai warisan budaya.


Berikut 30 besar kelompok yang masuk kategori karya terbaik, diantaranya Kelompok Asli Brumbung di Desa Brumbung, Kabupaten Kediri, Provinsi Jawa Timur, Kelompok Banuarea Group di Desa Hutapea Banuarea, Tapanuli Utara, Sulawesi Utara, Kelompok Cambai Group Community di Desa Cambai, Bangka Tengah, Kepulauan Bangka Belitung.

Kelompok Etnis Mountain Signature di Desa Paya Dedep, Aceh Tengah, Aceh, Kelompok Kacapaesan di Desa Citengah, Sumedang, Jawa Barat, Kelompok Kampung Budaya Piji Wetan di Desa Lau, Kudus, Jawa Tengah, Kelompok Karang Taruna Jaya Kusuma di Desa Singosaren, Bantul, Yogyakarta.

Kelompok Kartar Teratai di Desa Penanggungan, Mojokerto, Jawa Timur, Kelompok Tari Fampompar di Desa Sangliat Dol, Kepulauan Tanimbar, Maluku, Kelompok Budaya Air Hitam Laut di Desa Air Hitam Laut, Tanjung Jabung Timur, Jambi, Kelompok Pemuda Peduli Pendidina Hendea (KP3-Hendea) di Desa Hendea, Buton Selatan, Sulawesi Tenggara.

Kelompok Pemuda Pelajar Mahasiswa Pujananting (KPPMP) di Desa Pujananting, Baru, Sulawesi Selatan, Kelompok Umah Kito di Desa Kemantan Tinggi, Kerinci, Jambi, Kelompok Langit Biru Karimata di Desa Padang, Kayong Utara, Kalimantan Barat, Kelompok Lapoto Emas di Desa Poto, Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, Kelompok Manunggaling Kawula Gusti di Desa Kemiri Barat, Batang, Provinsi Jawa Tengah.

Kelompok Ngaprak di Desa Mekarjaya, Garut, Jawa barat, Kelompok Omah Cikal di Desa Ngrawan, Semarang, Jawa Tengah, Kelompok Ombo Tenganan Pegringsingan di Desa Tenganan, Karangasem, Bali, Kelompok Planker di Desa Gerbo, Pasuruan, Jawa Timur, Kelompok Sanggar Rejo di Desa Pageruyung, Kendal, Jawa Tengah, Kelompok Sanggar Seni Gimba di Desa Parimpu’U, Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, Kelompok Sanggar Seni Sri Cendane di Desa Mepar, Lingga, Kepulauan Riau.

Kelompok Sanggar Ture PPG di Desa Kutambaru, Karo, Sumatra Utara, Kelompok Sekka Truna Murdha Citta di Desa Demulih, Bangli , Bali, Kelompok Sulangkar di Desa Borogojol, Majalengka, Jawa Barat, KelompokTBM Lentera Kisik di Desa Plawangan, Rembang, Jawa Tengah, KelompokWaraney Wuaya di Desa Warembungan, Minahasa, Sulawesi Utara, Kelompok warga Laras di Desa Sanggrahan, Temanggung, Jawa Tengah dan Kelompok YoMungsiji Studio di Desa Kepuhsari, Wonogori, Jawa Tengah. (Laura Sobuber)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel