Silas Natkime, Tokoh Pejuang Hak Masyarakat Papua di Freeport Indonesia
pada tanggal
Tuesday, April 23, 2019
TIMIKA, LELEMUKU.COM - Silas Natkime, tokoh pejuang masyarakat Mimika, Provinsi Papua pada Senin, 22 April 2019, sekitar pukul 13.00 WIT menghembuskan napas terakhir di Hospital 68 Tembagapura. Berita kepergiannya sontak membuat banyak warga Mimika tidak percaya. Banyak yang merasa kehilangan tokoh Papua yang low profile dan murah senyum ini,
Ungkapan turut berduka disertai harapan arwah almarhum di terima di sisi Tuhan langsung menyebar di sejumlah media sosial seperti facebook dan whatsapp. “Berharga di Mata Tuhan, Kematian semua Orang Yang dikasihi-Nya.” (Mazmur 116: 15).
Sosok Silas Natkime adalah tokoh yang sangat dikenal, tidak hanya di Mimika, tapi juga Papua dan Indonesia. Dalam masa hidupnya, sangat banyak hal positif yang telah dibuatnya bersama sejumlah tokoh lainnya untuk masyarakat Suku Amungme, Kamoro, lima suku kekerabatan, masyarakat Kabupaten Mimika dan Papua secara umum. Untuk Bangsa dan Negara ini, Termasuk PT Freeport Indonesia (PTFI).
Tidak suka konflik. Selalu ingin damai. Itulah salah satu kelebihan yang melekat pada diri Silas Natkime. Begitu mengetahui ada rencana gerakan-gerakan yang akan dilakukan pihak tertentu untuk memicu konflik yang meresahkan masyarakat. Silas pasti langsung mencari wartawan untuk menyampaikan pendapat dan sarannya.
“Berbeda pendapat itu wajar terjadi, ada impian, ada keinginan yang mungkin saja belum atau tidak tercapai, tapi tidak harus diperjuangkan dengan cara konflik, ribu dan kacau. Konflik dan kekacauan hanya akan menambah masalah baru, membuat masalah mencadi rumit dan menyusahkan banyak orang,” kata Silas dalam berbagai kesempatan wawancara.
Memulai kariernya dari bawah, Silas Natkime akhirnya masuk dalam jajaran putra asli Papua yang memiliki jabatan penting di PT Freeport Indonesia (PTFI). Jabatan terakhirnya sebelum memasuki masa pensiun adalah Advisor, Senior Vice President (SVP) Employee Development di PTFI.
Sebagai salah satu putra asli Papua yang memiliki jabatan penting di PT Freeport, Silas Natkime telah mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya demi ikut memajukan perusahaan tambang emas raksasa dunia tersebut. Bersama sejumlah putra asli Papua di PT Freeport dan aparat keamanan, Silas terlibat aktif menyelesaikan sejumlah konflik antara karyawan dan PT Freeport yang terjadi beberapa tahun lalu yang menelan korban jiwa.
Silas selalu berupaya agar PT Freeport bisa beroperasi normal, tidak ada gangguan sekecil apa pun. Karena itu, Silas juga terlibat aktif meredakan isu-isu dan rencana konflik yang direncanakan sejumlah pihak yang ingin mengganggu operasional PT Freeport. Ia selalu mengingatkan bahwa masih banyak hal yang belum dilakukan oleh PT Freeport untuk menyejahterakan masyarakat Papua, khusus Suku Amungme, Kamoro dan lima suku kekerabatan. Tapi terdapat banyak hal yang sudah dilakukan PT Freeport Indonesia kepada masyarakat asli Papua, secara khusus kepada Suku Amungme, Kamoro dan lima suku kekerabatan.
Berulang-ulang kali melalui berita di SKH Salam Papua, Silas selalu menegaskan sekaligus mengingatkan masyarakat asli Papua di Kabupaten Mimika akan pentingnya keberadaan PT Freeport di tanah Amungsa ini. Menurut Silas, tanpa kehadiran PT Freeport, perubahan di Papua secara umum, khususnya di Mimika dan sejumlah kabupaten di pegunungan tengah tidak terjadi signifikan seperti sekarang ini.
Karena itu, Silas selalu meminta kepada warga asli Papua dan warga daerah lain yang datang ke Papua untuk mencari hidup, semua harus menjaga PT Freeport agar beroperasi secara normal. Tidak boleh ada yang bertindak apa pun yang dapat mengganggu operasional perusahaan.
Silas berulang kali selalu mengingatkan bahwa PT Freeport menjadi salah satu napas bagi masyarakat Papua. Menghambat, mengganggu atau mematikan operasional PT Freeport sama saja dengan ini menyusahkan dan mamatikan masyarakat Papua.
“Sudah berulang kali saya katakan, tanpa PT Freeport tidak mungkin masyarakat Papua akan berubah, akan maju. Banyak warga dari luar Papua yang juga sudah menikmati hidup yang layak dari PT Freeport. Karena itu semua unsur pemerintahan yang ada di Mimika dan Papua, juga semua stakeholders dan semua warga harus bersama-sama menjaga PT Freeport,” kata Silas.
Silas mengatakan selama ini dirinya berjuang agar ada kesatuan pemahaman antara perusahaan dan pemerintah dalam hal ini Bupati Mimika yang juga anak asli Amungme, juga DPRD agar sama-sama ikut mengatasi setiap masalah yang terjadi di PT Freeport, agar operasional berjalan lancar dan pendapatannya bisa tercapai sesuai target. Bila pendapatan PT Freeport baik, maka dampaknya bagi daerah serta masyarakat Papua dan Mimika juga baik.
“Kita semua, terlebih pejabat pemerintah di daerah ini harus menjaga Freeport. Jangan hanya mau menikmati hasil dari PT Freeport, tapi kalau ada masalah diam saja, masa bodoh saja. Atau lempar tanggung jawab ke pihak keamanan. Tidak bisa begitu,” kata Silas. (SalamPapua.com)
Ungkapan turut berduka disertai harapan arwah almarhum di terima di sisi Tuhan langsung menyebar di sejumlah media sosial seperti facebook dan whatsapp. “Berharga di Mata Tuhan, Kematian semua Orang Yang dikasihi-Nya.” (Mazmur 116: 15).
Sosok Silas Natkime adalah tokoh yang sangat dikenal, tidak hanya di Mimika, tapi juga Papua dan Indonesia. Dalam masa hidupnya, sangat banyak hal positif yang telah dibuatnya bersama sejumlah tokoh lainnya untuk masyarakat Suku Amungme, Kamoro, lima suku kekerabatan, masyarakat Kabupaten Mimika dan Papua secara umum. Untuk Bangsa dan Negara ini, Termasuk PT Freeport Indonesia (PTFI).
Tidak suka konflik. Selalu ingin damai. Itulah salah satu kelebihan yang melekat pada diri Silas Natkime. Begitu mengetahui ada rencana gerakan-gerakan yang akan dilakukan pihak tertentu untuk memicu konflik yang meresahkan masyarakat. Silas pasti langsung mencari wartawan untuk menyampaikan pendapat dan sarannya.
“Berbeda pendapat itu wajar terjadi, ada impian, ada keinginan yang mungkin saja belum atau tidak tercapai, tapi tidak harus diperjuangkan dengan cara konflik, ribu dan kacau. Konflik dan kekacauan hanya akan menambah masalah baru, membuat masalah mencadi rumit dan menyusahkan banyak orang,” kata Silas dalam berbagai kesempatan wawancara.
Memulai kariernya dari bawah, Silas Natkime akhirnya masuk dalam jajaran putra asli Papua yang memiliki jabatan penting di PT Freeport Indonesia (PTFI). Jabatan terakhirnya sebelum memasuki masa pensiun adalah Advisor, Senior Vice President (SVP) Employee Development di PTFI.
Sebagai salah satu putra asli Papua yang memiliki jabatan penting di PT Freeport, Silas Natkime telah mencurahkan pikiran, tenaga dan waktunya demi ikut memajukan perusahaan tambang emas raksasa dunia tersebut. Bersama sejumlah putra asli Papua di PT Freeport dan aparat keamanan, Silas terlibat aktif menyelesaikan sejumlah konflik antara karyawan dan PT Freeport yang terjadi beberapa tahun lalu yang menelan korban jiwa.
Silas selalu berupaya agar PT Freeport bisa beroperasi normal, tidak ada gangguan sekecil apa pun. Karena itu, Silas juga terlibat aktif meredakan isu-isu dan rencana konflik yang direncanakan sejumlah pihak yang ingin mengganggu operasional PT Freeport. Ia selalu mengingatkan bahwa masih banyak hal yang belum dilakukan oleh PT Freeport untuk menyejahterakan masyarakat Papua, khusus Suku Amungme, Kamoro dan lima suku kekerabatan. Tapi terdapat banyak hal yang sudah dilakukan PT Freeport Indonesia kepada masyarakat asli Papua, secara khusus kepada Suku Amungme, Kamoro dan lima suku kekerabatan.
Berulang-ulang kali melalui berita di SKH Salam Papua, Silas selalu menegaskan sekaligus mengingatkan masyarakat asli Papua di Kabupaten Mimika akan pentingnya keberadaan PT Freeport di tanah Amungsa ini. Menurut Silas, tanpa kehadiran PT Freeport, perubahan di Papua secara umum, khususnya di Mimika dan sejumlah kabupaten di pegunungan tengah tidak terjadi signifikan seperti sekarang ini.
Karena itu, Silas selalu meminta kepada warga asli Papua dan warga daerah lain yang datang ke Papua untuk mencari hidup, semua harus menjaga PT Freeport agar beroperasi secara normal. Tidak boleh ada yang bertindak apa pun yang dapat mengganggu operasional perusahaan.
Silas berulang kali selalu mengingatkan bahwa PT Freeport menjadi salah satu napas bagi masyarakat Papua. Menghambat, mengganggu atau mematikan operasional PT Freeport sama saja dengan ini menyusahkan dan mamatikan masyarakat Papua.
“Sudah berulang kali saya katakan, tanpa PT Freeport tidak mungkin masyarakat Papua akan berubah, akan maju. Banyak warga dari luar Papua yang juga sudah menikmati hidup yang layak dari PT Freeport. Karena itu semua unsur pemerintahan yang ada di Mimika dan Papua, juga semua stakeholders dan semua warga harus bersama-sama menjaga PT Freeport,” kata Silas.
Silas mengatakan selama ini dirinya berjuang agar ada kesatuan pemahaman antara perusahaan dan pemerintah dalam hal ini Bupati Mimika yang juga anak asli Amungme, juga DPRD agar sama-sama ikut mengatasi setiap masalah yang terjadi di PT Freeport, agar operasional berjalan lancar dan pendapatannya bisa tercapai sesuai target. Bila pendapatan PT Freeport baik, maka dampaknya bagi daerah serta masyarakat Papua dan Mimika juga baik.
“Kita semua, terlebih pejabat pemerintah di daerah ini harus menjaga Freeport. Jangan hanya mau menikmati hasil dari PT Freeport, tapi kalau ada masalah diam saja, masa bodoh saja. Atau lempar tanggung jawab ke pihak keamanan. Tidak bisa begitu,” kata Silas. (SalamPapua.com)