-->

Rudiantara Pastikan Investasi Asing Tak Masuk Lahan Perusahaan Start Up

Rudiantara Pastikan Investasi Asing Tak Masuk Lahan Perusahaan Start UpJAKARTA, LELEMUKU.COM - Pemerintah memastikan masyarakat tidak perlu khawatir akan arus investasi asing yang masuk ke perusahaan digital rintisan atau start up Indonesia. Sebab para investor asing itu tidak mengambil alih jajaran pimpinan perusahaan.

Dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (26/2), Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan para investor justru meminta para pendiri start up, yang merupakan orang Indonesia, tetap memimpin usaha. Kata dia, itulah yang membedakan investor perusahaan start up dan investor perusahaan konvensional.

“Justru dipersyaratkanfounder-nya tidak boleh keluar, sampai mungkin suatu saat nanti listed (masuk pasar bursa) atau apa. Tapi itu nanti. Justru perbedaan yang paling hakiki adalah di situ. Investornya, venture capital, pada umumnya mereka hanyalah financial investor,” jelasnya dalam Forum Merdeka Barat 9, di Kantor Kominfo, Jakarta.

Sebagian investasi ini masuk ke perusahaan berstatusunicorn, yaitustart upyang memiliki valuasi lebih dari 1 miliar dolar AS atau 14 triliun rupiah. Indonesia saat ini memiliki 4 dari 10 unicorn di Asia Tenggara, yakni Tokopedia, Go-Jek, Traveloka, dan Bukalapak.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Thomas Lembong juga memastikan bahwa investasi asing tidak akan mengambil alih perusahaan Indonesia. Menurutnya, investor start up tetap menyerahkan tongkat kendali kepada pendiri perusahaan digital.

“Meskipun ada keikutsertaan modal asing yang cukup signifikan dalam permodalan unicorn dan perusahaan e-commerce, justru semua pemodal termasuk investor asing mengutamakan agar unicorn dan perusahaan e-commerce ini terus dikendalikan oleh inovatornya, yaitu pendiri, pencetus dan pencipta platform, yang dalam hal ini tetap orang kita,” jabarnya.

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat, investasi yang masuk ke sektor e-commerce mencapai 2,5 sampai 3 miliar dolar AS, atau sekitar 15-20 persen total investasi asing ke Indonesia. Total nilai Foreign Direct Investment ke Indonesia rata-rata mencapai 9 sampai 12 miliar dolar AS.

Banjir investasi ini, menurut data BKPM, masuk sejak 2015. Selama lima tahun terakhir, investasi untuk sektor e-commerce ini, bersama sektor pabrik pemurnian logam, menopang nilai investasi yang masuk ke Indonesia ketika sektor lain melemah.

Lembong mengatakan, lebih dari 95 persen pemilik dan pekerja di perusahaan unicorn di tanah air adalah orang Indonesia. Karenanya, rakyat Indonesia-lah yang paling merasakan manfaat investasi asing itu.

Investor Dalam Negeri Juga Percaya Pada Pendiri Start Up

Pemerintah mencatat, di samping investasi asing, investasi dalam negeri juga tidak kalah besarnya. Lembong memperkirakan nilai keduanya cukup seimbang.

“Saya bisa membenarkan, bahwa partisipasi modal domestik dalam pendanaan unicorn juga sangat besar. Perkiraan saya kira-kira imbang,” jelasnya lagi.

Mirip dengan investor asing, investor dalam negeri juga tidak mengambil alih perusahaan digital. Para pemberi modal ini tetap menyerahkan tampuk kepemimpinan kepada pendiri start up. Rudiantara mengatakan hal itu terjadi di dalam Go-Jek yang menerima investasi dari perusahaan Djarum dan Astra.

“Kalau kita lihat di start up Indonesia, di unicorn Indonesia, bahkan investor dalam negeri seperti Djarum dan Astra yang masuk ratusan juta dolar ke Go-Jek, paling mentok investor itu jadi komisaris,” ujar Rudiantara lagi.

Indonesia Targetkan 20 Unicorn Baru Pada 2025

Pemerintah terus berupaya menghasilkan 20 unicorn baru di Indonesia pada 2025. Untuk mencapainya Kominfo meluncurkan Next Indonesia Unicorn (NextICorn). Program ini menjembatani pelaku usaha digital dengan investor seri B.

“Pemerintah Indonesia juga mempertimbangkan pertumbuhan industri game di Indonesia, mengingat ada 43 juta pemain di Indonesia saat ini. Tahun 2017, pemasukan dari games digital meraih miliaran dolar. Kami bahkan sekarang memiliki sejumlah liga gaming nasional,” ujar Rudiantara.

Pemerintah mengatakan, peluang ekonomi dari sektor ini sangat besar dan menjanjikan. Hal itu didasarkan pada riset Google dan Temasek pada 2018 yang memperkirakan nilai perdagangan e-commerce di Indonesia mencapai 23,2 miliar dolar AS atau 336 triliun Rupiah. Angka itu melonjak 114 persen dari tahun sebelumnya dan diperkirakan naik dua kali lipat dalam enam tahun ke depan.

Indonesia telah menelurkan peta jalan sistem perdagangan nasional berbasis elektronik (roadmap e-commerce) pada 2017. Peta jalan itu mencakup program pendanaan, perpajakan, perlindungan konsumen, pendidikan dan sumber daya manusia, infrastruktur komunikasi, keamanan siber, serta pembentukan manajemen pelaksana. Hal itu dicantumkan dalam Perpres Nomor 74 Tahun 2017 yang merupakan bagian dari Paket Kebijakan Ekonomi XIV. (VOA)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel