Miliki Empati, Yayasan TBA Selamatkan Generasi & Hasilkan Profesional Muda
pada tanggal
Saturday, December 8, 2018
Ini adalah berita terbaru dan menarik dengan judul Miliki Empati, Yayasan TBA Selamatkan Generasi & Hasilkan Profesional Muda. Silahkan baca dan menyimak artikelnya.
Ambon,mollucastimes.com-Memiliki sikap empati pada manusia mampu menggugah serta mempengaruhi kehidupan sosial. Apalagi melihat kenyataan didepan mata yang tidak layak, maka keinginan dan kerinduan mengejawantahkan rasa empati dapat berupa reaksi cepat untuk berusaha merubah keadaan tersebut. Hal ini yang dilakukan Yayasan Tiga Batang Air.
Cerita tentang Yayasan Tiga Batang Air bukan isapan jempol belaka. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial ini memiliki empati luar biasa terhadap keberadaan sebagian saudara yang kehidupannya terisolasi demikian rupa bahkan hingga saat ini.
Tete Siahaya, lelaki kekar asal Maluku yang berdomisili di Negara Kincir Angin, pencetus dan pendiri Yayasan Tiga Batang Air dengan perhatian dan kasih sayang bak seorang ibu kepada anak-anaknya, menyingkap tabir isolasi yang bertahun-tahun tidak terjamah.
"Kerinduan saya ketika membentuk Yayasan Tiga Batang Air (TBA) ini semata-mata untuk menyelamatkan generasi Maluku di Kampung Abio yang kehidupannya terisolasi, jauh dari keramaian, tidak mengenal pendidikan, minim kesehatan. Tetapi di satu sisi mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan sama dengan kita, mereka memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai, mereka adalah orang-orang yang selama ini termarjinalkan. Kita tidak dapat menyalahkan jika mereka hidup jauh dari kota, tetapi sebaliknya yang dapat kita lakukan adalah memberikan mereka sedikit pencerahan bahwa dunia ini luas, kesempatan mendapatkan penghidupan yang layak harus dimulai dari pribadi," jelas Siahaya.
Awal dirinya mengawali karier sebagai 'Volunteer' masyarakat kampung Abio, salah satu kampung di ujung Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) karena melihat kondisi masyarakat yang 'lemah' yang tidak mampu melihat masa depan.
"Saya mengenal Abio melalui cerita dua orang dari Belanda yang ditugaskan meneliti sejumlah kampung di SBB yang katanya 'rusak' oleh illegal logging. Yang saya tarik dari cerita tersebut adalah orang-orang kampung Abio yang maaf masih buta huruf, yang bisa dipermainkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka harus dibangkitkan dari keterisolasian dan keterpurukan. Berdasarkan informasi tersebut, saya membentuk yayasan Tiga Batang Air dan berusaha mencari bantuan dana," ucapnya sambil merokok.
Pria yang suka humor ini bersama sejumlah sahabat kemudian bersepakat untuk mencari bantuan dana, sebab yang terpikirkan olehnya hanya bagaimana cara menyelamatkan generasi muda di Abio.
"Saya bukan Tuhan yang mampu menyelamatkan manusia tetapi dengan hati, kerinduan serta rasa empati tadi membuat saya harus melakukan sesuatu bagi orang-orang Kampung Abio. Bagaimana membuat orang kampung bisa meningkatkan derajat kehidupan sehingga tidak mudah ditipu oleh orang jahat. Yang ada di pikiran saya harus dimulai dari anak-anak sebagai generasi penerus, mereka harus diselamatkan dengan cara memberikan pendidikan yang layak. Dapat dibayangkan jalan menuju Abio ditempuh dalam 2 hari perjalanan, naik turun gunung, harus tidur dibawah jembatan, jalanan yang rusak tidak dapat dilewati jika hujan.
anak-anak menikah dibawah umur dan beranakpinak dalam lingkaran, makanan yang dikonsumsi hanya yang ditanam di kebun, tidak pernah makan ikan, bagaimana nasib mereka kemudian, ini yang menjadi perhatian Yayasan Tiga Batang air," dirinya mengisahkan.
Paradigma inilah yang menjadikannya 'Bapa' bagi seluruh orang kampung Abio.
"Awalnya sangat sulit berbicara dengan masyarakat bahwa anak-anak mereka harus mengeyam pendidikan tinggi bukan hanya sekedar membaca huruf. Namun, karena Tuhan yang bekerja di hati orang-orang kampung, sedikit demi sedikit mereka mulai dibukakan pemikiran untuk melihat kemajuan anak-anak dikemudian hari," lugasnya.
TBA Hasilkan Intelektual Muda Yang Handal
Yayasan TBA kemudian membangun sebuah asrama di Sanahu dan menyekolahkan 7 orang siswa SMP yang kemudian melanjutkan SMA di Masohi.
"7 orang tersebut adalah angkatan pertama yang mengeyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Semua kebutuhan mereka kami penuhi. Hingga saat ini sudah puluhan anak Kampung Abio yang merasakan pendidikan. Saya bersyukur dapat membantu mereka. Asrama juga kami bangun di Sanahu dengan catatan jika orang kampung turun dari kampung dapat menginap di asrama tidak lagi di bawah jembatan," akunya.
Dari data yang disampaikan sekitar 45 orang yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi. Bukan saja dari Abio tetapi dari sejumlah kabupaten di Maluku selama kurun waktu 15 tahun..
"Yayasan juga membiayai sejumlah anak dari Kabupaten lain seperti Maluku Barat Daya, Seram Bagian Timur, Buru serta Seram Bagian Barat. Jadi jumlah total lebih dari 50 orang, " rincinya.
Hal yang membuatnya bahagia ketika pada tanggal 6 Desember 2018, dirinya dapat menghadiri wisuda 5 orang sarjana yang dibiayai oleh yayasan Tiga Batang Air.
"Saya bahagia bisa melihat mereka tersenyum, semakin berpengetahuan, mampu menjaga diri, meraih predikat terbaik. Artinya potensi mereka tidak kalah dengan potensi anak yang tinggal di perkotaan. Kita dapat berbuat sesuatu bagi kelangsungan hidup banyak orang hanya dengan memiliki empati serta simpati mendalam. Generasi kita harus maju, harus berpendidikan tinggi, meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik," paparnya bersemangat.
5 orang wisudawan 'Anak Yayasan TBA' yang telah menerima gelar sarjana tersebut diantaranya : Barnadetha Kolatlena S.Pd. Beni Tuamain, S.IP, Elisabeth Eultara, S.IP, Jesico Siahaya SE, Juni Tuarita, S.IP.
Lelaki paru baya ini juga menyelenggarakan Makan Malam Bersama dengan para wisudawan bertempat di Baileo Maranatha. Menurutnya inilah kebahagian yang harus dirasakan oleh semua orang, baik wisudawan, keluarga maupun Yayasan Tiga Batang Air. Dalam kesempatan tersebut, Tete Siahaya yang kerap disapa Iko Beta ini juga memberikan sertifikat dari Yayasan.
"Sertifikat ini merupakan tanda bagi seluruh siswa yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, sebagai pengingat bagi mereka bahwa ada satu Yayasan yang punya hati kasih berbagi cinta dan sayang untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Saya berharap mereka yang sudah lulus ini bisa melihat adik-adik yang baru mau beranjak. Sehingga kehidupan yang dulunya terisolir dan gelap menjadi bercahaya karena ada sentuhan kasih disana," jelasnya panjang lebar.
Selain membantu pendidikan, Siahaya juga akan meresmikan .kantor baru di Sanahu pada tanggal 15 Desember 2018 yang akan datang.
"Kantor ini dibangun diatas tiang-tiang yang mengartikan bahwa kita tidak boleh melupakan perjuangan orang tua atau datuk-datuk di zaman lampau. Dengan adanya kantor baru, masyarakat Kampung Abio maupun kampung di sekitar dapat lebih terbuka dalam pemahaman tentang kehidupan, sebab dengan keterbukaan serrta saling menerima maka kehidupan kita akan jauh lebih baik," pungkasnya. SAKA HOTE !!!!(MT-01)
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Miliki Empati, Yayasan TBA Selamatkan Generasi & Hasilkan Profesional Muda . Silahkan membaca berita lainnya.
Cerita tentang Yayasan Tiga Batang Air bukan isapan jempol belaka. Yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan sosial ini memiliki empati luar biasa terhadap keberadaan sebagian saudara yang kehidupannya terisolasi demikian rupa bahkan hingga saat ini.
Tete Siahaya, lelaki kekar asal Maluku yang berdomisili di Negara Kincir Angin, pencetus dan pendiri Yayasan Tiga Batang Air dengan perhatian dan kasih sayang bak seorang ibu kepada anak-anaknya, menyingkap tabir isolasi yang bertahun-tahun tidak terjamah.
"Kerinduan saya ketika membentuk Yayasan Tiga Batang Air (TBA) ini semata-mata untuk menyelamatkan generasi Maluku di Kampung Abio yang kehidupannya terisolasi, jauh dari keramaian, tidak mengenal pendidikan, minim kesehatan. Tetapi di satu sisi mereka adalah makhluk ciptaan Tuhan sama dengan kita, mereka memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan yang layak, kesehatan yang memadai, mereka adalah orang-orang yang selama ini termarjinalkan. Kita tidak dapat menyalahkan jika mereka hidup jauh dari kota, tetapi sebaliknya yang dapat kita lakukan adalah memberikan mereka sedikit pencerahan bahwa dunia ini luas, kesempatan mendapatkan penghidupan yang layak harus dimulai dari pribadi," jelas Siahaya.
Awal dirinya mengawali karier sebagai 'Volunteer' masyarakat kampung Abio, salah satu kampung di ujung Kabupaten Seram Bagian Barat (SBB) karena melihat kondisi masyarakat yang 'lemah' yang tidak mampu melihat masa depan.
"Saya mengenal Abio melalui cerita dua orang dari Belanda yang ditugaskan meneliti sejumlah kampung di SBB yang katanya 'rusak' oleh illegal logging. Yang saya tarik dari cerita tersebut adalah orang-orang kampung Abio yang maaf masih buta huruf, yang bisa dipermainkan oleh orang-orang yang tidak bertanggungjawab. Mereka harus dibangkitkan dari keterisolasian dan keterpurukan. Berdasarkan informasi tersebut, saya membentuk yayasan Tiga Batang Air dan berusaha mencari bantuan dana," ucapnya sambil merokok.
Pria yang suka humor ini bersama sejumlah sahabat kemudian bersepakat untuk mencari bantuan dana, sebab yang terpikirkan olehnya hanya bagaimana cara menyelamatkan generasi muda di Abio.
"Saya bukan Tuhan yang mampu menyelamatkan manusia tetapi dengan hati, kerinduan serta rasa empati tadi membuat saya harus melakukan sesuatu bagi orang-orang Kampung Abio. Bagaimana membuat orang kampung bisa meningkatkan derajat kehidupan sehingga tidak mudah ditipu oleh orang jahat. Yang ada di pikiran saya harus dimulai dari anak-anak sebagai generasi penerus, mereka harus diselamatkan dengan cara memberikan pendidikan yang layak. Dapat dibayangkan jalan menuju Abio ditempuh dalam 2 hari perjalanan, naik turun gunung, harus tidur dibawah jembatan, jalanan yang rusak tidak dapat dilewati jika hujan.
anak-anak menikah dibawah umur dan beranakpinak dalam lingkaran, makanan yang dikonsumsi hanya yang ditanam di kebun, tidak pernah makan ikan, bagaimana nasib mereka kemudian, ini yang menjadi perhatian Yayasan Tiga Batang air," dirinya mengisahkan.
Paradigma inilah yang menjadikannya 'Bapa' bagi seluruh orang kampung Abio.
"Awalnya sangat sulit berbicara dengan masyarakat bahwa anak-anak mereka harus mengeyam pendidikan tinggi bukan hanya sekedar membaca huruf. Namun, karena Tuhan yang bekerja di hati orang-orang kampung, sedikit demi sedikit mereka mulai dibukakan pemikiran untuk melihat kemajuan anak-anak dikemudian hari," lugasnya.
TBA Hasilkan Intelektual Muda Yang Handal
Yayasan TBA kemudian membangun sebuah asrama di Sanahu dan menyekolahkan 7 orang siswa SMP yang kemudian melanjutkan SMA di Masohi.
"7 orang tersebut adalah angkatan pertama yang mengeyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Semua kebutuhan mereka kami penuhi. Hingga saat ini sudah puluhan anak Kampung Abio yang merasakan pendidikan. Saya bersyukur dapat membantu mereka. Asrama juga kami bangun di Sanahu dengan catatan jika orang kampung turun dari kampung dapat menginap di asrama tidak lagi di bawah jembatan," akunya.
Dari data yang disampaikan sekitar 45 orang yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi. Bukan saja dari Abio tetapi dari sejumlah kabupaten di Maluku selama kurun waktu 15 tahun..
"Yayasan juga membiayai sejumlah anak dari Kabupaten lain seperti Maluku Barat Daya, Seram Bagian Timur, Buru serta Seram Bagian Barat. Jadi jumlah total lebih dari 50 orang, " rincinya.
Hal yang membuatnya bahagia ketika pada tanggal 6 Desember 2018, dirinya dapat menghadiri wisuda 5 orang sarjana yang dibiayai oleh yayasan Tiga Batang Air.
"Saya bahagia bisa melihat mereka tersenyum, semakin berpengetahuan, mampu menjaga diri, meraih predikat terbaik. Artinya potensi mereka tidak kalah dengan potensi anak yang tinggal di perkotaan. Kita dapat berbuat sesuatu bagi kelangsungan hidup banyak orang hanya dengan memiliki empati serta simpati mendalam. Generasi kita harus maju, harus berpendidikan tinggi, meraih cita-cita dan masa depan yang lebih baik," paparnya bersemangat.
5 orang wisudawan 'Anak Yayasan TBA' yang telah menerima gelar sarjana tersebut diantaranya : Barnadetha Kolatlena S.Pd. Beni Tuamain, S.IP, Elisabeth Eultara, S.IP, Jesico Siahaya SE, Juni Tuarita, S.IP.
Lelaki paru baya ini juga menyelenggarakan Makan Malam Bersama dengan para wisudawan bertempat di Baileo Maranatha. Menurutnya inilah kebahagian yang harus dirasakan oleh semua orang, baik wisudawan, keluarga maupun Yayasan Tiga Batang Air. Dalam kesempatan tersebut, Tete Siahaya yang kerap disapa Iko Beta ini juga memberikan sertifikat dari Yayasan.
"Sertifikat ini merupakan tanda bagi seluruh siswa yang telah menyelesaikan pendidikan perguruan tinggi, sebagai pengingat bagi mereka bahwa ada satu Yayasan yang punya hati kasih berbagi cinta dan sayang untuk mengubah kehidupan mereka menjadi lebih baik. Saya berharap mereka yang sudah lulus ini bisa melihat adik-adik yang baru mau beranjak. Sehingga kehidupan yang dulunya terisolir dan gelap menjadi bercahaya karena ada sentuhan kasih disana," jelasnya panjang lebar.
Selain membantu pendidikan, Siahaya juga akan meresmikan .kantor baru di Sanahu pada tanggal 15 Desember 2018 yang akan datang.
"Kantor ini dibangun diatas tiang-tiang yang mengartikan bahwa kita tidak boleh melupakan perjuangan orang tua atau datuk-datuk di zaman lampau. Dengan adanya kantor baru, masyarakat Kampung Abio maupun kampung di sekitar dapat lebih terbuka dalam pemahaman tentang kehidupan, sebab dengan keterbukaan serrta saling menerima maka kehidupan kita akan jauh lebih baik," pungkasnya. SAKA HOTE !!!!(MT-01)
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Miliki Empati, Yayasan TBA Selamatkan Generasi & Hasilkan Profesional Muda . Silahkan membaca berita lainnya.