Festival Musik Dorong Kemajuan Industri Pariwisata
Pada tanggal 27 Oktober 2018, Presiden Joko Widodo menyapa para penggemar group metal Megadeath melalui video yang ditayangkan pada saat pembukaan konser JogjaROCKarta Festival kedua di stadion Kridosono Yogyakarta. Presiden Jokowi memang dikenal sebagai penggemar musik rock aliran heavy metal seperti Metallica, Judas Priest dan Megadeath. Dalam video itu, presiden dengan fasih menyebut beberapa judul lagu Megadeath seperti Ashes in Your Mouth seraya menambahkan: “tapi saya tidak tahu bakal dimainkan tidak lagu-lagu itu,” ucap Presiden. Tak lama setelah YogyaROCKarta, giliran kota Jakarta menggelar konser Gun n Roses di bulan November 2018. Presiden sempat dikabarkan akan menonton konser itu namun tidak jadi karena kesibukannya.
Yogyakarta selama ini termasuk kota yang marak dengan berbagai festival musik tahunan seperti JogjaROCKarta Festival, Prambanan Jazz Festival, UGM Jazz Festival, Ngayog-JAZZ dan yang terbaru pada tahun 2018 adalah Borobudur Symphony yang diusung oleh BUMN. Beberapa daerah lain pun kemudian tergerak untuk meramaikan kota mereka dengan festival musik. Sebut misalnya Jazz Gunung di Bromo atau Banyuwangi Beach Jazz Festival. Kota-kota yang menggagas dan mengadakan festival musik tahunan pada umumnya adalah kota tujuan wisata. Ini tentu bukan sebuah kebetulan tapi karena festival atau event budaya lain di kota-kota tujuan wisata merupakan bagian penting dari upaya mendorong kemajuan industri pariwisata.
Pariwisata merupakan salah satu industri yang diunggulkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Potensi pemasukan negara dari sektor pariwisata sangat tinggi dan masih sangat terbuka untuk terus ditingkatkan pertumbuhannya. Salah satu tujuan Presiden Jokowi membangun banyak bandara baru atau merenovasi bandara lama yang kurang layak adalah termasuk untuk mendukung kemajuan dan peningkatan pertumbuhan industri pariwisata. Daerah-daerah wisata baru yang kemudian dicanangkan sebagai 10 destinasi wisata unggulan, membutuhkan banyak dukungan akses transportasi, perhotelan dan sarana infrastruktur pendukung lainnya. Termasuk sarana untuk menggelar festival musik dan event menarik lain.
Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Enterpreuner Muda
JogjaROCKarta Festival bisa dikatakan sebagai salah satu gebrakan enterpreuner muda di luar Jakarta. Selama puluhan tahun, enterpreuner muda umumnya tumbuh dan berkembang di Jakarta. Saat ini, dengan perkembangan tehnologi digital dan jaringan internet, semua peluang usaha bagi para enterpreuner muda menjadi borderless. Tak lagi terkendala batas atau jarak geografis. Sosok penggagas JogjaROCKarta yang juga pendiri Prambanan Jazz Festival, Anas Syahrul Alimi, membuktikan bahwa sebagai enterpreuner muda daerah, ia mampu membangun bisnis berskala international. “Kuncinya adalah kejelian melihat peluang, keberanian untuk mencoba dan kreativitas yang seluas-luasnya serta didukung oleh trust yang memang menjadi faktor penting dalam bisnis,” ujar Anas.
Peluang yang ditangkap Anas dengan jeli adalah peluang di dunia industri pariwisata dan ekonomi kreatif. Seperti pada era tahun 1990-an, salah satu promotor musik dari Jakarta Adri Subono yang sukses mendatangkan artis-artis dunia, Anas juga berhasil mendatangkan artis kelas dunia seperti Dream Theater (JogjaROCKarta 2017), Europe (Volcano Rock Festival, Boyolali), David Foster yang pentas di pabrik gula Tjolomadoe (Solo), Diana Krall dan Sarah Brightman di Prambanan Jazz Festival. Perbedaan antara Adri dan Anas adalah dalam hal kejelian memilih dan menentukan lokasi yang langsung terkait dengan kepentingan industri pariwisata. Anas memilih lokasi-lokasi tujuan wisata yang kemudian secara langsung berdampak mendorong pertumbuhan industri pariwisata.
Di sisi lain, data pertumbuhan industri pariwisata terus bertumbuh. Terbilang sejak tiga tahun terakhir pendapatan dari sektor pariwisata terus meningkat. Pada 2015 sektor pariwisata menyumbang devisa sebesar US$ 12,225 milyar, menduduki posisi empat besar penyumbang devisa setelah migas (US$ 18,547 milyar), CPO (US$ 16,427 milyar) dan batu bara (US$ 14,717 milyar). Pada 2016 sumbangan devisa sektor pariwisata naik lagi menjadi US$ 13,568 milyar dan menjadikan pariwisata menjadi penyumbang devisa kedua terbesar tahun itu. Pemerintah kemudian mentargetkan sektor pariwisata menjadi penyumbang devisa nomor 1 pada tahun 2019. Presiden Jokowi juga terus melakukan langkah-langkah untuk memaksimalkan potensi ekonomi dari sektor pariwisata.
Sejak awal, Presiden Jokowi sudah melihat potensi besar industri pariwisata sehinga Presiden pun mengubah kementerian Parekraf (Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) menjadi dua lembaga, yaitu Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Tujuannya agar kedua lembaga itu bisa lebih fokus mengembangkan, mengeksplorasi dan memaksimalkan potensi ekonomi di sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Bekraf diharapkan mampu mengkondisikan munculnya para enterpreuner muda di berbagai bidang ekonomi kreatif melalui berbagai program yang bisa mendorong lahirnya start up dan enterpreuner muda Indonesia. Para enterpreuner muda inilah yang kemudian akan menangkap berbagai peluang di sektor industri pariwisata.
Peluang Festival Musik Di Luar Jawa
Melalui Nawacita, Presiden Jokowi menegaskan visi-misinya untuk mensejahterakan seluruh wilayah indonesia dengan konsep pembangunan Indonesia Sentris. Hal ini dibuktikan melalui kerja nyata pembangunan infrastruktur di berbagai daerah yang selama ini belum banyak tersentuh pembangunan seperti Papua dan daerah-daerah perbatasan di Kalimantan atau Sumatera. Setelah infrastruktur terbangun, maka pekerjaan selanjutnya adalah bagaimana infrastruktur tersebut memberikan dampak langsung pada pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Jika daerah tersebut memiliki potensi di sektor pariwisita maka harus didorong berbagai terobosan kreatif seperti misalnya festival musik atau seni budaya lain.
Sampai saat ini masih terbilang sedikit festival musik di luar pulau Jawa. Dan pada umumnya, festival yang ada masih bukan merupakan event tahunan yang besar. Jadi hanya event insidental dan lokal. Padahal menurut Chris Gibson dan John Connel, penulis buku Music Tourism, festival musik tahunan memiliki dampak ekonomi langsung, mulai bisnis kuliner, travel agent, penerbangan, jasa penata panggung, lighting, sound system, perhotelan, bahkan sampai percetakan, jasa keamanan, sewa tenda dan tukang parkir. Sebuah rangkaian perekonomian yang sangat panjang dan luas. Dengan kata lain, festival musik merupakan bentuk wisata tersendiri yang bisa menjadi andalan industri pariwisata.
Melihat semua potensi tersebut, bisa dibayangkan dampak ekonomi langsung yang bisa dirasakan masyarakat, katakanlah misanya di salah satu daerah tujuan wisata utama, yaitu Danau Toba, Samosir, Sumatera Utara, diadakan festival musik tahunan. Festival musik itu akan menjadi sebuah daya dorong luar biasa untuk memajukan industri pariwisata di daerah Danau Toba. Hal serupa juga bisa dilakukan di daerah tujuan wisata lain di luar Jawa seperti misalnya di Labuan Bajo atau Mandalika, bahkan di Raja Ampat, Papua. Dengan cara ini, apa yang dicita-citakan Presiden Jokowi sebagaimana tercantum dalam Nawacita untuk mewujudkan peningkatan kesejahteraan di seluruh wilayah Indonesia, akan bisa lebih cepat tercapai.
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang Festival Musik Dorong Kemajuan Industri Pariwisata . Silahkan membaca berita lainnya.