Lenggang Madeline, Model Down Syndrome di Panggung Dunia
pada tanggal
Thursday, September 20, 2018
BRISBANE, LELEMUKU.COM - Rosanne Stuart teringat saat menghadiri salah satu acara busana tahunan bersama anaknya, Madeline, di kampung halaman mereka di Brisbane, Australia pada 2015. Ditengah kemegahan panggung peragaan busana, Madeline menatap wajah ibunya dan berkata bahwa dia ingin menjadi seorang model.
Stuart, 46 tahun, mengatakan dia tidak menyangka hal itu terlontar dari Madeline. Apalagi, selama ini Stuart menggambarkan putrinya sebagai sosok tomboi karena lebih suka mengenakan celana legging dan main sepak bola dengan teman-teman laki-lakinya. Tapi dia dengan cepat mendukung putrinya.
Empat tahun berlalu, Madeline, yang sekarang berusia 21 tahun, menjadi penyandang Down Syndrome pertama yang menjadi model dalam gelaran Pekan Mode New York. Dengan pengalaman modeling di lebih dari 60 peragaan busana di berbagai kota dunia, termasuk London, Paris, dan Dubai, kekurangan Madeline tampaknya bukan hambatan.
"Saat dirinya pertama kali melakukan catwalk, semua khalayak memberikan apresiasi,” kata Stuart. “Ini adalah pertama kalinya dia diterima.”
Saat ini, dunia fesyen telah menerima model-model yang di luar tradisi. Mereka bukan lagi model-model berkulit putih dan bertubuh kurus. Mulai dari majalah mode ternama, hingga perancang, mereka mempekerjakan model perempuan dari berbagai etnis, ukuran tubuh, dan kemampuan, untuk membawakan busana di panggung maupun untuk media cetak.
“Saya dapat berkata semua menjadi lebih baik, khususnya untuk Madeline,” kata Stuart.
Seperti model lainnya, Madeline memulai harinya dengan menyantap sarapan sehat. Kemudian dia mulai mencoba beberapa busana yang akan dikenakan, berdandan, dan bersiap untuk tampil di peragaan busana.
Saat siang hari, Madeline menikmati makanan kesukaannya: kebab ayam panggang. Kebab menjadi santapan Madeline setiap hari, menurut Stuart.
Di sela-sela acara, Madeline biasanya memainkan iPadnya, berselancar di internet atau bercakap-cakap lewat video dengan pacarnya Robbie, yang juga sesama penyandang Down Syndrome. Mereka bertemu di Paralimpiade di Australia, lebih dari empat tahun lalu.
Sebelum memasuki dunia modeling, Madeline berjuang mengatasi masalah berat badan, yang menjadi masalah umum dihadapi para penyandang Down syndrome. Madeline tertarik untuk menyehatkan tubuhnya karena juga masalah jantung dan kondisi kesehatannya secara umum.
“Dia menurunkan berat badan sebelum memasuki dunia modeling, bahkan sebelum berpikir untuk menjadi seorang model karena kondisi jantungnya,” kata Stuart.
“Orang dengan Down Syndrome memiliki keinginan yang sangat kuat dan bisa super keras kepala,” kata Stuart. “Jika Madeline tidak ingin berjalan, ya dia tidak akan berjalan.” (VOA)
Stuart, 46 tahun, mengatakan dia tidak menyangka hal itu terlontar dari Madeline. Apalagi, selama ini Stuart menggambarkan putrinya sebagai sosok tomboi karena lebih suka mengenakan celana legging dan main sepak bola dengan teman-teman laki-lakinya. Tapi dia dengan cepat mendukung putrinya.
Empat tahun berlalu, Madeline, yang sekarang berusia 21 tahun, menjadi penyandang Down Syndrome pertama yang menjadi model dalam gelaran Pekan Mode New York. Dengan pengalaman modeling di lebih dari 60 peragaan busana di berbagai kota dunia, termasuk London, Paris, dan Dubai, kekurangan Madeline tampaknya bukan hambatan.
"Saat dirinya pertama kali melakukan catwalk, semua khalayak memberikan apresiasi,” kata Stuart. “Ini adalah pertama kalinya dia diterima.”
Saat ini, dunia fesyen telah menerima model-model yang di luar tradisi. Mereka bukan lagi model-model berkulit putih dan bertubuh kurus. Mulai dari majalah mode ternama, hingga perancang, mereka mempekerjakan model perempuan dari berbagai etnis, ukuran tubuh, dan kemampuan, untuk membawakan busana di panggung maupun untuk media cetak.
“Saya dapat berkata semua menjadi lebih baik, khususnya untuk Madeline,” kata Stuart.
Seperti model lainnya, Madeline memulai harinya dengan menyantap sarapan sehat. Kemudian dia mulai mencoba beberapa busana yang akan dikenakan, berdandan, dan bersiap untuk tampil di peragaan busana.
Saat siang hari, Madeline menikmati makanan kesukaannya: kebab ayam panggang. Kebab menjadi santapan Madeline setiap hari, menurut Stuart.
Di sela-sela acara, Madeline biasanya memainkan iPadnya, berselancar di internet atau bercakap-cakap lewat video dengan pacarnya Robbie, yang juga sesama penyandang Down Syndrome. Mereka bertemu di Paralimpiade di Australia, lebih dari empat tahun lalu.
Sebelum memasuki dunia modeling, Madeline berjuang mengatasi masalah berat badan, yang menjadi masalah umum dihadapi para penyandang Down syndrome. Madeline tertarik untuk menyehatkan tubuhnya karena juga masalah jantung dan kondisi kesehatannya secara umum.
“Dia menurunkan berat badan sebelum memasuki dunia modeling, bahkan sebelum berpikir untuk menjadi seorang model karena kondisi jantungnya,” kata Stuart.
“Orang dengan Down Syndrome memiliki keinginan yang sangat kuat dan bisa super keras kepala,” kata Stuart. “Jika Madeline tidak ingin berjalan, ya dia tidak akan berjalan.” (VOA)