-->

(Bagian 1) Jiwa Kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo Tokoh Orbit Jombang Keturunan Madura Sultan Cakraadiningrat II Yang Mencuat Via Sekitar GKJW Mojowarno, GARDI GAZARIN: PANGERAN COKROKUSUMO YANG CINTA NEGERI KETIKA ITU TAK SETUJU TETUANYA MEMBANTU BELANDA MEMERANGI BANGSA SENDIRI


Reporter: tim
Editor: Siswahyu

JOMBANG (sekilasmedia.com) "Meskipun Sultan Cakraadiningrat merupakan Raja Islam ke-11 di Madura Barat ketika itu serta memiliki keturunan yang diantaranya beragama nasrani (terutama mayoritas di kawasan Mojowarno-Jombang dan sekitar, red.) namun dari sana diantaranya terkuak nilai untuk hidup dengan toleransi, hidup saling hormat menghormati, seperti yang juga diajarkan dalam agama Islam untuk saling menghormati agama masing-masing," kurang-lebih hal tersebut ditandaskan Raden Hamid Mustari Cakraadiningrat cucu langsung dari Sultan Cakraadiningrat yang hadir saat Reuni Akbar Nasional pertama dari keturunan Pangeran Cokrokusumo yang merupakan putra ke-25 dari Sultan Cakraadiningrat II (Sultan Bangkalan II, red.). Raden Hamid Mustari Cakraadiningrat juga dikenal sebagai Ketua Yayasan Kesultanan Bangkalan. Sedangkan Reuni Akbar Nasional pertama kali dalam Keluarga Besar Pangeran Poncokusumo yang dilaksanakan pada hari Minggu 8 Juli 2018 tersebut diadakan di Gedung Pertemuan GKJW Mojowarno, Jombang, Jawa Timur, dihadiri peserta dari seluruh Indonesia dengan berbagai ragam agama.
                 
                 **********

*JIWA KEPAHLAWANAN PANGERAN COKROKUSUMO TERKONFIRMASI RESMI OLEH BERBAGAI MEDIA TERMASUK TELEVISI, KORAN DAN ONLINE*
Tentang jiwa kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo mungkin tidak akan mencuat lebih luas keluar lingkungan keluarganya jika tidak ada acara Reuni Akbar Nasional yang pertama kali yang diadakan di Gedung Pertemuan Jemaat GKJW Mojowarno, Jombang, Jawa Timur, Minggu 8 Juli 2018.

Melalui agenda Reuni Akbar Nasional pertama kali yang menarik perhatian banyak media termasuk reporter televisi maupun media cetak dan online yang mendengar tentang jiwa kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo sehubungan cinta negeri, cinta tanah air (cinta NKRI, red.). Hingga dari para keturunan Pangeran Cokrokusumo itupun di sela acara reuni terkonfirmasi secara resmi pertama kalinya mengenai jiwa kepahlawanan dan perjuangan Pangeran Cokrokusumo.

*DI HADAPAN BERBAGAI MEDIA, GARDI GAZARIN: PANGERAN COKROKUSUMO TAK MAU MEMUSUHI DAN MENYAKITI BANGSANYA SENDIRI*
Konfirmasi resmi tentang jiwa kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo tersebut disampaikan oleh sejumlah keturunan Pangeran Cokrokusumo, 'jalur' Sultan Cakraadiningrat, diantaranya Gardi Gazarin yang juga dikenal sebagai pengamat Masalah Sosial-Kamtibmas Dan Kepolisian yang dikenal dekat Mabes Polri dan kepolisian umumnya.

Pada satu jiwa kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo adalah ketika dia memilih meninggalkan Madura (Bangkalan, red.) dengan diantara alasannya karena tak setuju dengan langkah tetuanya yang diminta membantu Belanda memerangi rakyat dan bangsa Indonesia sendiri. Akan tetapi langkah tersebut dilaksanakan tidak secara frontal namun secara diam-diam bahkan seolah-olah Pangeran Cokrokusumo tidak ingin dikenali sebagai bangsawan namun 'menyamar' sebagai rakyat biasa semenjak keluar dari Pulau Madura. "Diantara jiwa kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo adalah ketika dia tak setuju dengan tetua ayahandanya yang diminta membantu Belanda memerangi bangsa kita sendiri," ungkap Gardi Gazarin yang masuk 12 besar komisaris Kompolnas saat 2016.

*PANGERAN COKROKUSUMO ANAK KE-25 SULTAN CAKRAADININGRAT II BANGKALAN, MADURA*
Sekadar catatan untuk merefresh, Sultan Cakraadiningrat II tersebut oleh orang Bangkalan dikenal sebagai Sultan Abdul Kadirun. Sultan Abdul Kadirun Cakraadiningrat II ini memiliki putra putri 46 anak, dan putra ke-25 adalah Raden Abdurrasyid Pangeran Cokrokusumo. Yang setelah memutuskan keluar dari Madura, lantas memilih berkegiatan sebagai masyarakat biasa misal sebagai petani, menyamar termasuk hingga ke Mojowarno dan sangat berperan membuka sejumlah desa baru serta mengembangkan Ilmu Srani atau agama Nasrani.

Dalam hal tersebut pun Pangeran Cokrokusumo sangat berperan dalam penyebaran Nasrani di kawasan Mojowarno, juga Jombang khususnya serta berbagai daerah lain seluruh Indonesia. Menurut Gardi Gazarin salah satu keturunan Pangeran Cokrokusumo yang juga salah satu panitia Reuni Akbar Nasional tersebut menandaskan bahwa di Kecamatan Mojowarno tersebar banyak keturunan dari Pangeran Cokrokusumo. Hal tersebut juga menjadi salah satu alasan kenapa Reuni Akbar Nasional tersebut ditempatkan di Mojowarno.

Penyebaran trah (keturunan) Kesultanan Bangkalan atau Sultan Bangkalan II di Kabupaten jombang ini, tidak luput dari jejak sejarah Kekristenan di wilayah Mojowarno, Kabupaten Jombang.

*SEKITAR TAHUN 1800-AN KESULTANAN BANGKALAN MENGALAMI GEJOLAK*
Penjelasan Gardi Gazarin bahwa pada kisaran Tahun 1800-an Kesultanan Bangkalan mengalami gejolak politik yang disebabkan oleh politik adu domba yang dilakukan oleh Pemerintahan Belanda waktu itu. Karena adanya gejolak politik tersebut, Pangeran Cokrokusumo yang merupakan putra dari Sultan Cakraadiningrat II (Sultan Bangkalan II) ini, memilih meninggalkan Pulau Madura dan memilih Pulau Jawa sebagai tempat tinggal.

Setelah cukup lama tinggal di Pulau Jawa, Pangeran Cokrokusumo yang mengganti namanya dengan Kyai Mendung ini memiliki beberapa anak yang mulai beranjak dewasa. Salah satu diantaranya bernama Raden Paing. "Raden Paing mewarisi sifat ayahnya yang menyukai ilmu-ilmu kesaktian, ilmu kanuragan dengan cara berguru maupun bertapa," jelas Gardi Gazarin. Saat Raden Paing mulai beranjak dewasa, menemukan sosok guru bernama Sunan Kuning atau Tuan Coolen di wilayah Ngoro, Jombang. Dari situ, Raden Paing mendapatkan ilmu "Ngelmu Srani" atau Agama Nasrani. Sekadar catatan bagi keturunan Pangeran Cokrokusumo bisa menuliskan tentang Pangeran Cokrokusumo dan kirimkan ke kami. Pendapat Anda? Kirim via sms/WA= 081216271926.
Terima kasih karena telah membaca informasi tentang (Bagian 1) Jiwa Kepahlawanan Pangeran Cokrokusumo Tokoh Orbit Jombang Keturunan Madura Sultan Cakraadiningrat II Yang Mencuat Via Sekitar GKJW Mojowarno, GARDI GAZARIN: PANGERAN COKROKUSUMO YANG CINTA NEGERI KETIKA ITU TAK SETUJU TETUANYA MEMBANTU BELANDA MEMERANGI BANGSA SENDIRI . Silahkan membaca berita lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel