-->

Reza Mangar, Nelayan Cilik Penyelamat Merah Putih yang Terabaikan

Reza Mangar, Nelayan Cilik Yatim Piatu Penyelamat Merah Putih yang TerabaikanDOBO, LELEMUKU.COM - Reza Mangar, bocah pemanjat tiang untuk selamatkan tali penggerek Bendera Merah Putih yang terlepas dari tangan pengibar bendera, pada saat upacara hari ulang tahun (HUT) ke 14 Kabupaten Kepulauan Aru, Provinsi Maluku di Lapangan Yos Sudarso, Dobo pada Senin, 18 Desember 2017 lalu ternyata adalah anak putus sekolah.

Menurut warga Kota Dobo, Karel Ridolof Labok yang mengunggah foto dan profil Reza di halaman facebooknya diakui bahwa anak yang berasal dari Desa Waria, Kecamatan Aru Utara Timur Batuley ini sudah putus sekolah dari Sekolah Dasar (SD) di desanya.

"Reza Mangar penyelamat bendera Merah Putih itu, ternyata yatim piatu yang sudah putus sekolah saat masih SD karena miskin," ujar dia pada Senin (20/8).

Dikatakan, bocah berumur 14 tahun yang putus sekolah karena masalah ekonomi ini hidup bersama neneknya di Kota Dobo. Guna memenuhi kebutuhan hidup, ia menjadi pembantu para nelayan mencari dan memuat ikan hasil tangkapan ke pasar kota tersebut.   

"Reza terpaksa kerja jadi 'Buruh Nelayan Cilik' untuk bantu sang nenek yang mengasuhnya," ujar dia.

Sementara itu warga Maluku lainnya mengatakan bahwa peristiwa ini sangat disayangkan jika hanya ditanggapi dingin oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Kepulauan Aru. Sebab mereka hanya memberikan jabatan tangan karena aksi luar biasa ini dan menganggap hal ini biasa saja.

"Peristiwa panjat tiang bendera oleh Reza harusnya diberi penghargaan oleh pemerintah Kabupaten Kepulauan Aru. Yang dapat cuman jabat tangan dari pejabat daerah," ujar Desmon Eros Pardjer.

"Kalau memang dia bocah yang putus sekolah akibt masalh ekonomi dan dia sudah melakukan aksi kepahlawanan untuk daerah ini, kenapa dia tidak bisa diberikan Beasiswa oleh Pemda untuk melanjutkan studinya?," tanya Genzo Clever.

Hal ini ditanggapi Sherly Mustamu dengan mengungkapkan bahwa Reza kurang beruntung karena tidak diperhatikan oleh pemerintah.

"Mungkin juga Pemda berpikir itu hal biasa, panjat tiang bendara dan cuma satu anak saja. Sehingga pemda merasa rugi keluarkan uang buat adik Reza. Mungkin juga itu dia pung rejeki yang Tuhan kasih supaya dia bisa skolah dan raih cita-cita lewat aksi itu, cuma Pemda yang batasi," ujar dia.

"Ini harus di perhatikan oleh Pemda. Tuhan tidak akan membiarkan anak Reza Mangar yang sudah menjadi pahlawan karena niat hatinya yang tulus, semoga dengan pertolongan Tuhan dan usahakan untuk disampaikan. Tolong pemda lihat hal ini dan dinas yang terkait tolong diajukan, sebab pasti di perhatikan," ujar Erfie Solissa.

Sementara saat foto tentang Reza dipublikasikan diakun instagram Lambe_Turah, warganet dari penjuru Indonesia memberikan pendapat mereka, ada yang menilai aksi Reza ini mengapa diangkat begitu terlambat menunggu hingga Joni di Atambua viral beberapa waktu lalu.

"Bagaimana mau dapat penghargaan presiden. Kecuali pemerintah daerah ada yang turun tangan. Memberi beasiswa atau mengusulkan pada pemerintah pusat. Nah tanyakan saja itu pada pemerintah daerah setempat," beber Intan S Karlina.

"Trus mau salahin siapa kalau begini?? Mungkin ini yang dinamakan Hoki," ungkap Maya Sinaga.

Hal ini ditanggapi Sonya Kaliki dengan mengatakan bahwa publikasi kisah Reza ini bukan untuk mencuri kesempatan sama seperti John. Tetapi guna membuka mata pemerintah daerah yang selama ini masih menutup mata dengan hal-hal sederhana seperti ini. Sebab rejeki dan cara terangkatnya derajat seseorang sudah di atur oleh Tuhan. 

"Adik kecil Joni semua bangga dengan aksi nya dan semua senang dengan rejeki yang sudah dia dapat atas apa yg sudah dia buat. Tetapi tidak salah juga kami disini memviralkan aksi heroik anak Maluku REZA MANGAR untuk mengingatkan pemerintah, tidak tutup mata, supaya melatih hati nurani pejabat-pejabat untuk lebih memperhatikan anak-anak cerdas dan berjiwa patriotik seperti mereka dengan cara yang layak.. Siapa tau ini juga cara Tuhan untuk mengangkat derajat REZA MANGAR pahlawancilik dari Maluku. Ini bukan masalah "GITU AJA DI RIBUTIN" bukan sama sekali!! Ini adalah doa-doa kami dan dengan cara seperti ini kami ingin REZA MANGAR anak INDONESIA anak MALUKU yang sudah putus sekolah dan ditinggal meninggal orangtua bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.. Seenggaknya bisa sekolah lagi. Lanjutkan cita2nya.. Itu saja..," papar dia.

Ungkapan keprihatinan terhadap Reza Manggar ini muncul setelah viralnya video dan foto terkait aksi spontanitas seorang anak berumur 14 tahun bernama Johanis Gama Marshal Lau, siswa kelas VII  Sekolah Menengah Pertama (SMP) Silawan, Kota Atambua karena memanjat tiang bendera pada saat upacara detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) ke 73 di Kabupaten Belu, Provinsi Nusa Tenggara Timur pada Jumat (17/8) lalu.

Dikatakan aksi heroik kedua bocah itu sama persis, yakni tali yang terlanjur lepas dari tangan pengibar bendera, lalu secara spontan Resa Mangar memanjat tiang bendera hingga ujung dan membawa turun kembali tali untuk mengaitkan bendera, sehingga upacara peringatan HUT kabupaten  itu bisa dilanjutkan kembali.

Pada dua aksi tersebut terdapat perbedaan yang terlihat jelas, Joni menjadi pahlawan sang saka merah putih saat upacara dipimpin oleh Wakil Bupati Belu. Sementara Reza hanya menjadi pahlawan saat upacara dipimpin oleh Bupati Kepulauan Aru, Dr. Johan Gonga dan Wakilnya Muin Sugalrey. 

Reza perlakuan biasa saja ia hanya disalami oleh dua pejabat yakni Sekda Aru Sekda Aru, Drs. Moh Djumpa dan Kadis Pemberdayaan Masyarakat Desa, M.H. Madubun. Selepas itu tidak ada apresiasi baik dari masyarakat di kabupaten tersebut, Provinsi Maluku dan juga dari masyarakat Indonesia.  Sementara  Johny yang dikenal dengan nama Johannes Adekalla ini berangkat bersama ayahnya Victorino Fahik Marcal dan ibunya Lorensa Kai Ili ke Jakarta

Sampai di Jakarta, Joni bertemu dengan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Imam Nahrawi dan kemudian diajak menyaksikan opening ceremony Asian Games 2018. Selain Menpora ia juga temui para menteri kabinet dan rencananya akan bertemu dengan Presiden Jokowi.(Albert Batlayeri)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

Iklan Bawah Artikel